Menko Luhut: Distribusi Bantuan Penanganan Covid-19 Terus Dilakukan

Menko Maritim, Luhut Binsar Pandjaitan
Sumber :
  • VIVA/Adi Suparman

VIVA – Distribusi alat-alat kesehatan untuk penanganan pandemi Covid-19 yang dikoordinasikan oleh Kementerian Koordinator bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves) terus berjalan.

How an App Became Indonesia's Essential Weapon Against Covid-19

Hingga saat ini sudah lebih dari 1 juta item yang diberikan ke daerah-daerah melalui Rumah Sakit, Pemerintah Daerah, hingga Universitas.

“Laporan yang saya terima, distribusi itu berjalan dengan baik dan masih akan diteruskan. Pada pengiriman minggu ini, kita juga akan memberikan bantuan berupa swab kit dan reagen ke tujuh Universitas, sehingga kampus itu akan bisa melakukan 1000 tes per hari. Kita harapkan juga minggu depan bisa meningkat signifikan, karena ditambah juga dengan laboratorium yang kita koordinasikan dengan Kementerian BUMN,” ujar  Menko Luhut pada hari Rabu, 15 April 2020.

Harvey Moeis Klaim Dana CSR Smelter Swasta Dipakai untuk Bantuan COVID-19

Beberapa alat kesehatan yang sudah didistribusikan oleh Kemenko Marves di antaranya adalah baju pelindung sejumlah 58.906, swab kit sejumlah 113.200, masker N95 sejumlah 28.550, masker bedah sejumlah 229.000, masker biasa sejumlah 682.700, Googles medis sejumlah 3.050, sarung tangan sejumlah 139.300, pelindung mata 2.000, pelindung kepala sejumlah 60.450, pelindung sepatu sejumlah 8.900, dan rapid test kit sejumlah 67.680, dan berbagai alat kesehatan lain.

Menko Luhut mengakui bahwa hingga saat ini masih ada keterbatasan yang dihadapi dalam penanganan pandemi Covid-19, seperti kurangnya testing kit.

Jangan Tertipu! Waspada Penipuan Berkedok Lowongan Kerja Remote, Ini Ciri-Cirinya

Sehingga dibandingkan negara seperti Amerika Serikat, angka yang ada di Indonesia memang cenderung rendah. Menurut Menko Luhut, hal ini menjadi perhatian tersendiri dan dicari solusinya, karena akan berpengaruh dengan kebijakan yang dibuat pemerintah.

“Nanti saya kira kita bisa menentukan lagi jumlah data infeksi, meninggal dan yang sembuh. Ini akan menentukan juga policy kita. Karena buat saya tanda tanya sih. Jumlah meninggal sampai saat ini, maaf, itu angkanya tidak sampai 500. Padahal jumlah penduduk kita 270 juta. Infektor empat ribuan lebih, katakan dikali sepuluh, itu lima puluh ribu. Nah Amerika negaranya yang lebih besar dari kita beda penduduk 60 jutaan itu yang meninggal 22 ribu, yang infektor hampir 560 ribu. Nah kita mungkin kurang testing kit nya,” terang Menko Luhut.

Kebijakan pemerintah ditujukan untuk seluruh lapisan masyarakat yang berada di seluruh wilayah Indonesia dengan kondisi dan karakteristik yang beragam. Sehingga pemerintah dituntut untuk bertindak cepat namun harus tetap berhati-hati dalam membuat kebijakan.

“Jadi kita harus hati-hati dan cermat. Tidak grasak grusuk juga dan melihat apakah kebijakan ini pas atau tidak. Kalau ada yang bilang kenapa pemerintah keliatan lambat, tidak juga, semua dilakukan dengan cermat. Kita ingin memastikan rakyat-rakyat kecil itu menerima social safety net segera. Jadi kalau itu sudah jalan nanti kita lihat langkah berikutnya apa lagi,” ujarnya.

Menko Luhut juga menambahkan bahwa pemerintah akan terus mencari solusi untuk mengatasi berbagai hambatan dan keterbatasan yang ada. “Kita semua pasti tidak mau jumlah korban, apalagi korban kematian itu jadi semakin besar. Sekarang testing kit masih menjadi kendala, tapi kita semua terus mengusahakan agar ada solusinya. Karena kita kan harus sesegera mungkin mengidentifikasi data jumlah korban dan persebarannya, sehingga bisa mengambil kebijakan yang cepat dan tepat,” tambah Menko Luhut.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya