Ahmad Fuadi lahir di Bayur Maninjau, Sumatera Barat, 30 Desember 1973. Ia dibesarkan dalam keluarga berpendidikan. Ayahnya guru madrasah dan ibunya guru SD.
Memasuki usia SMP, ia merantau ke Pulau Jawa memenuhi permintaan ibunya untuk sekolah agama di Pondok Pesantren Modern Gontor, Jawa Timur. Di sana, Ahmad Fuadi tak hanya mengenal ilmu agama, akhlak, tapi juga ilmu pengetahuan. Bahkan dengan dua bahasa Inggris dan Arab yang dikuasainya mengantarkannya ke dunia luar.
Lulus dari pesantren, ia mencoba ikut ujian perguruan tinggi negeri. Sangat jarang bagi lulusan santri yang lolos saat itu. Namun, berbeda dengan Ahmad Fuadi, berbekal moto man jadda wajadda (siapa yang sungguh-sungguh pasti sukses), ia diterima di Jurusan Hubungan Internasional, Universitas Padjadjaran, Unpad Bandung.
Semasa kuliah, ia juga sudah aktif menjadi penulis. Saa itu, ia juga mendapatkan kesempatan ikut program Canada World Youth (CWY), di Montreal, Kanada dengan mengambil Program Pendidikan Internasional. Selama di sana, Fuadi sempat menjadi wartawan CJSR 3 TV Communautaire di St-Raymond, Quebec, Kanada pada 1995.
Selepas dari ikut program CWY, ia kembali mendapatkan kesempatan pendidikan 1 tahun di National University of Singapore dalam program SIF Fellowship pada 1997.
Lulus kuliah, berbekal pendidikan, kemampuan, dan pengalaman yang dimilikinya, Fuadi diterima di Majalah Tempo. Di sini mendapatkan pendidikan dan pelatihan sebagai wartawan profesional pada tahun 1998. Selang setahun, ia dipercaya sebagai koresponden internasional Majalah Tempo yang ditempatkan di Washington DC, Amerika Serikat.
Di Washington DC, suami dari Danya Dewanti ini mendapat beasiswa Fulbright untuk kuliah S2 di Media and Public Affairs, The George Washington University, Amerika Serikat. Bahkan di sana, ia menjadi Asisten Penelitian School of Media and Public Affairs dan Center for Media and Public Affairs.
Karier Ahmad Fuadi semakin menanjak di Negeri Paman Sam, ia didapuk sebagai Produser TV dan Editor, Voice of America, Washington DC selama setahun hingga 2002. Sebagai koresponden internasional Tempo dan wartawan VOA, Ahmad Fuadi pernah melaporkan peristiwa besar 11 September 2001 langsung dari Pentagon, White House dan Capitol Hill.
Kesempatan emas lagi-lagi datang menghampiri Ahmad Fuadi. Ia kembali menerima beasiswa Chevening untuk berkuliah di Royal Holloway, Universitas London, Inggris dengan fokus bidang film documenter. Ia juga sempat menjadi wartawan Voice of Amerika Jakarta hingga 2005 dan Direktur Komunikasi di sebuah NGO konservasi: The Nature Conservancy hingga 2009.
Penyuka fotografi ini pun akhirnya menciptakan buku trilogy bagian pertama bertajuk Negeri 5 Menara pada 2009. Novel fiksi tersebut langsung meledak bahkan bertengger di jajaran Best Seller 2009. Bahkan novel ini juga dijadikan film lebar dengan judul yang sama.
Setahun kemudian, lewat buku tersebut ia meraih penghargaan Anugerah Pembaca Indonesia 2010 dan masuk dalam nominasi Khatulistiwa Literary Award. Bahkan PTS Litera, salah satu penerbit dari negeri jiran turut menerbitkan dalam Bahasa Melayu di negerinya.
Novel keduanya yang masih jadi bagian trilogi Negeri 5 Menara bertajuk Ranah 3 Warna telah diterbitkan pada 23 Januari 2011. Lalu buku ketiga dari trilogy ini bertajuk Rantau 1 Muara pun telah diluncurkan di Washington DC secara simbolis pada Mei 2013 lalu.
Pria yang aktif sebagai public speaker ini pun mendirikan Komunitas Menara, yaitu yayasan sosial untuk membantu pendidikan masyarakat yang kurang mampu. Yayasan ini sudah punya sekolah gratis untuk anak usia dini yang berdomisili di Bintaro, Tangerang Selatan.
Selain menulis trilogi Negeri 5 Menara, Fuadi juga merilis buku Man Jadda Wajada Series, Dari Datuk ke Sakura Emas, Beasiswa 5 Benua, dan Anak Rantau. Sementara sebagai penulis lepas dan kolumnis, ia telah menghasilkan 300 lebih artikel.
Tentu, hasil buah tanganya membawa sederet penghargaan, di antaranya dinobatkan sebagai Penulis dan Fiksi Terfavorit, Anugerah Pembaca Indonesia (2010), Penulis/Buku Fiksi Terbaik, Perpustakaan Nasional Indonesia (2011), dan penghargaan lainnya.
Semua hasil ini tak lepas dari keyakinan Fuadi pada kata-kata man jadda wajada, siapa yang sungguh-sungguh pasti sukses. Itulah salah satu moto hidup yang selalu diyakininya. (AC/DN)
KELUARGA
Istri : Danya Dewanti
Anak : Salman Arya Fuadi
PENDIDIKAN
KMI Pondok Modern Darussalam Gontor, Ponorogo (1988-1992)
Program Pendidikan Internasional, Canada World Youth, Montreal, Kanada (1995-1996)
Studi satu semester National University of Singapore, Singapura (1997)
BA Hubungan Internasional, Universitas Padjadjaran, Indonesia (1997)
MA Media and Public Affairs, The George Washington University, Washington DC (2001)
MA Media Arts, Royal Holloway, Universitas London, Inggris (2005)
KARIER
Penulis Lepas dan Kolumnis (1992-1998)
Wartawan dari CJSR 3 TV Communautaire, St-Raymond, Quebec, Kanada (1995)
Wartawan, Majalah TEMPO, Jakarta, Indonesia, Augustus (1998-2002)
Internasional koresponden, Majalah TEMPO, Washington DC, Amerika Serikat (1999-2002)
Asisten Penelitian, School of Media and Public Affairs, George Washington University, Washington DC (2000-2001)
Asisten Penelitian, Center for Media and Public Affairs, Washington DC (2000-2001)
Produser TV dan Editor, Voice of America, Washington DC (2001-2002)
Wartawan, Voice of America, Jakarta, (2002-2005)
Spesialis Publikasi dan Informasi, USAID-LGSP (Local Governance Support Program) (2005-2007)
Direktur Komunikasi, The Nature Conservancy (TNC) (2007-2009)
Public Speaker (2009-Sekarang)
Pendiri Komunitas 9 Menara (2009-Sekarang)
Dosen di Universitas Internasional Bina Nusantara (2015)
KARYA BUKU
Negeri 5 Menara (2009)
Rahasia Penulis Hebat: Menciptakan Karakter Tokoh (2010)
Ranah 3 Warna (2011)
Dari Datuk ke Sakura Emas (2011)
Negeri 5 Menara: A Movie Companion (2012)
Berjalan Menembus Batas (Man Jadda Wajada Series, #1) (2012)
Menjadi Guru Inspiratif (Man Jadda Wajada Series, #2) (2012)
Rantau 1 Muara (2013)
Beasiswa 5 Benua (2014)
Berjuang di Tanah Rantau (Man Jadda Wajada Series, #3) (2013)
Bertualang ke 5 Benua (2016)
Anak Rantau (2017)
PENGHARGAAN DAN BEASISWA
SIF-ASEAN Visiting Student Fellowship, National University of Singapore (1997)
Indonesian Cultural Foundation Inc Award (2000-2001)
Columbian College of Arts and Sciences Award, The George Washington University (2000-2001)
The Ford Foundation Award (1999-2000)
Beasiswa Fulbright, Program Pascasarjana, The George Washington University (1999-2001)
CASE Media Fellowship, University of Maryland, College Park (2002)
Beasiswa British Chevening, Program Pascasarjana, University of London, London (2004-2005)
Longlist Khatulistiwa Literary Award (2010)
Penulis dan Fiksi Terfavorit, Anugerah Pembaca Indonesia (2010)
Penulis/Buku Fiksi Terbaik, Perpustakaan Nasional Indonesia (2011)
Berita Terkait
Saya Ingin Bermanfaat untuk Orang Lain
25 September 2017
'Anak Rantau' Penantian Panjang Novelis Ahmad Fuadi
Sinopsis
1 Agustus 2017
Novel 'Anak Rantau' Jadi Best Seller Sebulan
12 Juli 2017