Pria yang akrab dipanggil Fachry ini merupakan kelahiran 27 Juli 1965 di Lhokseumawe, Aceh. Ia seorang maestro lini tengah sebuah tim pada era 1990-an. Ban kapten selalu tersemat pada dirinya.
Selama kariernya di dunia sepakbola Fachry Husaini sangat identik dengan Pupuk Kaltim (sekarang Bontang FC). Sebagai pemain ia menghabiskan sebagian besar kariernya di klub Pupuk Kaltim.
Ia bersama Pupuk Kaltim sebagai pemain hampir 9 tahun lamanya sejak bergabung pada tahun 1992. Sebelumnya, ia memperkuat Petrokimia (sekarang menjad Gresik United), Lampung Putera, dan Bina Taruna.
Saat bermain di Pupuk Kaltim, sebagai gelandang, ia langganan masuk Timnas Indonesia. Panggung permainan Fachry adalah ketika final SEA Games 1997 di Jakarta.
Indonesia yang ketika itu dilatih Henk Wullems bertemu dengan Thailand dalam perebutan medali emas. Sebelumnya, pada pada babak semifinal, Fachry memberi andil menjebol gawang Singapura dengan hasil 2-1. Sayang, Indonesia gagal di final melawan Thailand dengan adu penalti meskipun Fachry sudah memberikan permainan terbaiknya.
Setelah pensiun, ia mengikuti kursus kepelatihan sepakbola dan berhasil mengantongi sertifikat C-1. Sempat menjadi pelatih Diklat Manado dan asisten pelatih Bontang, akhirnya ia ditunjuk sebagai asisten pelatih Timnas U-23 dan Timnas senior tahun 2004.
Saat itu Fachry menimba ilmu langsung dari pelatih timnas Peter Withe dan itu membuat dirinya ditunjuk menjadi pelatih Tim PON XVII oleh tuan rumah Kaltim tahun 2008.
Anak asuhan Fachry hanya berhasil menjadi juara ketiga saat mengikuti PON XVII di Kaltim. Kondisi tersebut membuat pihak Bontang FC tertarik dan langsung merekrutnya sebagai pelatih kepala tahun 2008.
Di sini, Fahchri hanya membuat Bontang FC tampil menempati posisi 11 dan 13 klasemen dalam dua tahun bergulirnya Liga Super Indonesia.
Sosoknya sebagai pelatih memang dikenal sebagai sosok pelatih yang potensial. Kompetisi ISL musim 2010/11 ia memang gagal menyelamatkan Bontang FC dari degradasi. Namun, dedikasi yang diberikannya terhadap klub patut diacungi jempol.
Di saat krisis keuangan mendera klub dan pembayaran gaji para pemain yang terkatung-katung selama berbulan-bulan, Fachry Husaini tetap setia bersama klub.
Pada tahun 2014, Fachry ditunjuk oleh PSSI untuk menangani Timnas U-17 dan tahun berikutnya ia menjabat pelatih Timnas U-19.
Kegigihannya menjadi pelatih, Fachry Husaini kembali diminta menangani Timnas U-16. Fachry mulai memberi bukti. Ia berhasil mengantarkan Timnas Indonesia juara pada turnamen Tien Phong Plastic Cup 2017 yang digelar di Vietnam.
Tak hanya juara, Timnas juga menyabet penghargaan lainya. Pemain terbaik (Hamsah Lestaluhu), top skor (Rendy Juliansyah), pelatih terbaik (Fachry Husaini), dan tim paling fair play.
Dengan keberhasilan ini, banyak pecinta sepakbola tanah air berharap pada pria 51 tahun ini dapat membawa Indonesia juara pada turnamen Piala AFF U-16 2017 di Thailand. (AA/DN)
KARIER SENIOR
Bina Taruna, 1984 - 1989
Lampung Putera, 1989 - 1990
Petrokimia, 1991 - 1992
Pupuk Kaltim, 1992 - 2001
KARIER TIMNAS
Indonesia, 1986 - 1997
KARIER PELATIH
Pupuk Kaltim (Ass. Pelatih), 2000 - 2003
Timnas U - 23 (Ass. Pelatih), 2004 - 2005
Tim PON Kalimantan Timur, 2007 - 2008
Pupuk Kaltim, 2008 - 2009
Timnas U-17, 2014
Timnas U-19, 2015
Timnas U-16, 2017 - Sekarang
Berita Terkait
Jalan Panjang Timnas Indonesia Menuju Pentas Dunia
Bola Nasional
19 Oktober 2017
Timnas Indonesia U-16 Menuju Pentas Benua Kuning
Bola Nasional
21 September 2017
Serangan Balik, Kunci Timnas U-16 Permalukan Thailand
Bola Nasional
20 September 2017
Bekap Thailand, Timnas U-16 Selangkah Lagi Tembus Piala Asia
Bola Nasional
20 September 2017
Timnas U-16 Sementara Ungguli Thailand
Bola Nasional
20 September 2017