Pria kelahiran Solo, 27 Desember 1968 ini menghabiskan masa kecil dan remajanya di kota kelahirannya. Ia selesaikan sekolah dasar dan menengah di Solo. Wijayanto setiap pulang sekolah negeri, ia lanjutkan sorenya sekolah agama. Semasa SD,ia belajar agama di Majelis Tafsir Diniyah Solo. Sementara saat masuk SMP dan SMA, ia belajar di Pondok Pesantren Al Islam.
Tak heran bila anak pintar dan saleh ini sering berceramah sejak usia SMA. Berbekal pendidikan agamanya inilah yang membuat Wijayanto berani tampil di depan jemaah.Ia mulai diundang di acara-acara keagamaan di kampungnya. Baik di forum-forum, majelis talim, atau masjid. Bahkan permintaan undangan ceramah sampai ke Surabaya, Jawa Timur, ia lakoni meski di hari Minggu.
Di tengah-tengah kegiatannya berceramah, Wijayanto tetap memerhatikan pendidikannya.
Ia hijrah ke Yogyakarta dan kuliah di dua perguruan tinggi yang berbeda. Ia mengambil Jurusan Antropologi di Universitas Gadjah Mada dan Tarbiyah (pendidikan) di IAIN (kini UIN) Sunan Kalijaga. Bahkan sebetulnya ia juga sudah mengambil diploma di UGM, tapi ia tidak teruskan karena tidak boleh mengambil dua kuliah dalam perguruan yang sama.
Selama kuliah, kebiasan sejak SD masih tetap dilakukan oleh Wijayanto. Sepulang kuliah, Wijayanto tetap belajar agama. Wijayanto lulus UGM dengan nilai cumlaude sementara di IAIN biasa saja. Pendidikannya berlanjut. Ia meneruskan dengan mengambil kajian Sosiologi di Universitas Islam Internasional Islamabad, Pakistan, dengan kajian komparasi sosiologi di Inggris dan Mesir
Setelah menggondol gelar sarjana, ia mengabdi di kampusnya menjadi dosen. Selain di UGM, ia juga mengajar di berbagai perguruan tinggi swasta di Yogyakarta. Materi kuliah yang disampaikan sekitar Pengantar Sosiologi, Etika Bisnis, dan Peradaban Islam. Selain sebagai Dosen Magister Manajemen Universitas Gadjah Mada, ia juga menjadi Pengasuh utama Pesantren Bina Anak Sholeh di Yogyakarta. Kepiawaiannya dalam mengajar, ia berkali-kali terpilih sebagai dosen teladan pilihan mahasiswa.
Kegiatan Wijayanto tak hanya di kampus, ia juga tetap berdakwah. Bahkan ia diminta mengisi acara ceramah di Radio Geronimo, Yogyakarta. Selain itu, selama tujuh tahun ia mengisi acara sosial, budaya dan politik serta berceramah di TVRI.
Namanya mulai menasional, saat ia mengisi program tv swasta. Waktu itu, Ishadi SK dari Trans TV, sebelumnya di TVRI, memintanya untuk mengisi acara Sentuhan Qalbu (SQ) di Transtv. Ceramahnya dapat sambutan positif. Wijayanto selalu mengedepankan materi dengan mutu dan lucu. Ia berpesan jangan sampai terbalik, mengedepankan ceramah lucu, tanpa memerhatikan mutu materi.
Sejak itu, kegiatannya makin sibuk. Ia menyebutnya TTS. TTS merupakan kependekan dari Training, Teaching, dan Shooting, (TTS).Itulah kegiatan hari-hari Wijanyanto. Beberapa TV meminta mengisi programnya. Dari ANTV, TRANs7, SCTV, TVONE, KOmpasTV, dan yang striping program AKSI di Indosiar.
KELUARGA
Istri : Ulaya Ahdiani
Anak : Dzikrina Iffa Yohanida
Muhammad Nufail Naisaburi
Muhammad Naja El-Ghifari
PENDIDIKAN
SD sampai SMA di Solo
S1, Sarjana Ilmu Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri (Kini UIN) Sunan Kalijaga, 1992
S1,Sarjana Ilmu Antropologi Universitas Gadjah Mada, 1992
S2, Bidang Kependudukan, UGM, Tidak selesai
S2, Bidang Sosiologi, Universitas Islam Internasional Islamabad, Pakistan 1997
KARIER
Dosen UGM dan Beberapa Perguruan Tinggi, Yogyakarta
Pengasuh utama Pesantren Bina Anak Sholeh di Yogyakarta
Pengisi acara di Radio Geronimo, Yogyakarta
Pengisia Program Sosial dan Ceramah di TVRI
Sentuhan Qolbu (TransTV)
Mata Hati (SCTV)
Cahaya Hati (AnTV)
Kompas TV
AKSI (Indosiar)
Berita Terkait
Tips dari Hanan Attaki: Cara Move On dari Sakit Hati
Inspirasi & Unik
11 November 2024
MUI Payakumbuh Jelaskan Alasan di Balik Penolakan UAS
Trending
23 Oktober 2024