Franz Maginis Suseso yang memiliki nama panjang Maria Franz Anton Valerian Benedictus Ferdinand von Magnis lebih dikenal dengan panggilan Romo Magnis. Ia lahir di Silesia, Jerman, 26 Mei 1936. Magnis adalah anak adalah pertama dari 6 bersaudara dari pasangan Dr. Ferdinand Graf von Magnis dan Maria Anna Grafin von Magnis.
Keluarga ayahnya adalah keluarga bangsawan pemilik hutan di kawasan Silesia, daerah hutan milik mereka masuk wilayah yang kemudian menjadi Jerman Timur. Tetapi, setelah Perang Dunia II, tempat itu malah dimasukkan sebagai wilayah Polandia yang menyebabkan keluarga Franz harus kehilangan harta dan kampung halamannya begitu saja.
Keluarganya termasuk satu dari 14 juta orang Jerman yang saat itu dijadikan balasan atas Perang Dunia II yang dilancarkan Jerman dan diusir dari Eropa Timur. Franz bersama dengan orang tua dan adik adiknya yang dulunya adalah keluarga bangsawan harus merasakan tidur dengan perut kosong dan kelaparan setiap malamnya.
Walaupun berasal dari keluarga bangsawan yang harus kehilangan hartanya, kedua orang tuanya tidak pernah menyesalkan atau mengeluhkan nasib mereka yang berubah drastis.
Franz Magnis Suseno yang diharapkan bisa membangun kembali keluarga Magnis malah memutuskan untuk menjadi Jesuit di novisiat Tarekat. Tentu saja, ibu dan ayahnya merasa sangat berat dan terpukul mendengar keputusan Franz Magnis. Bahkan ayahnya menawarkan untuk kuliah satu semester dulu walalupun tetap ditolak Franz Magnis.
Ia sudah bulat untuk menjadi aktivis gereja. Franz Magnis sudah mengucapkan tiga kaul seorang birawan Katolik : taat (kepada atasan), wadat (tidak kawin dan tidak aktif secara seksual), dan miskin (tidak memilki sesuatu secara pribadi).
Pada tahun tahun 1960, ia memberitahu bahwa lamarannya ke Indonesia dipenuhi dan kedua orang tuanya berat untuk melepaskan anak sulungnya ini. Franz datang ke Indonesia karena ingin belajar di Yogyakarta tentang filsafat dan teologi.
Tinggal di Yogyakarta mengharuskan Franz Magnis belajar bahasa Jawa. Pada tahun 1967, ia diangkat menjadi imam (pastor) dan prosesi pentahbisannya dihadiri oleh kedua orang tuanya yang datang dari Jerman.
Namun, pada tahun 1977, kabar berat menerpa keluarga mereka, Ayah Franz Magnis dikabari bahwa anaknya bukan warga Negara Jerman lagi, dan menjadi Warga Negara Indonesia (WNI). Seminggu setelah menjadi WNI, Magnis mengembalikan paspor ke kedutaan Jerman. Ia juga menambahkan nama ‘Suseno’ dibelakang namanya.
Sejak itu, ia mencurahkan perhartian dan kepeduliannya terhadap Indonesia. Ia dedikasikan dengan mengajar di beberapa perguruan tinggi. Ia sangat fasih berbahasa Jawa. Bahkan dia sangat mendalami kebudayaan Jawa.
Franz Magnis Suseso kemudian dikenal sebagai budayawan, tokoh rohaniawan atau pemikir di Indonesia. Hal ini sesuai dengan bidang pendidikannya. Ia menyandang gelar doktor ilmu filsafat dari Universitas Muenchen, seperti tertulis dalam bukunya Etika Jawa. Sementara Disertasinya berjudul Normative Voraussetzungen in Denken des Jungen Marx (1843-1848 -- Fungsi Premis-Premis Normatif dalam Pemikiran Marx Muden).
Sehari-harinya, Romo gemar berlari santai ini dan menjadi dosen tetap di Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara, Jakarta. Selain itu, menjadi dosen tidak tidak tetap di Fakultas Sastra dan Fakultas Psikologi UI dan ia telah membuat banyak buku tentang Jawa dan Filsafat.
PENDIDIKAN
SD, Jerman, 1946
SLP, Jerman
SLA Humanistische Gymnasium, Jerman, 1955
Ilmu Kerohanian, Jerman, 1955-1957
Philosophische Hochschule Pullach, Jerman, 1960
Institut Filsafat Teologi di Yogyakarta, 1968
S3, Universitas Muenchen, Jerman, 1973
KARIER
Dosen Tetap Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara (1969-sekarang)
Dosen Tidak Tetap di Fakultas Sastra UI (1976-sekarang)
Dosen Tidak Tetap di Fakultas Psikologi UI (1978-sekarang)
Dosen tidak tetap di beberapa perguruan tinggi
KARYA
Kita dan Wayang
Etika Umum, Masalah-Masalah Pokok Filsafat Moral
Etika Jawa dalam Tantangan
Etika Jawa, sebuah Analisa Filsafat tentang Kebijaksanaan Hidup Jawa
Berita Terkait
Romo Magnis Bantah Sebut Jokowi Pencuri Bansos
Nasional
2 April 2024
Temui Romo Magnis, Ganjar Belajar Soal Etika dan Moral
Politik
24 November 2023
Franz Magnis Bersyukur Jokowi Tunda Revisi UU KUHP
Politik
21 September 2019
Lestarikan Budaya Jawa, Pelajar Belia Arak Tumpeng
Inspirasi & Unik
19 Februari 2018
Cerita Gus Dur soal Sopir Kalahkan Kiai dan Pendeta di Surga
Nasional
10 Agustus 2017
Franz Magnis Heran SBY Jadi Peragu
24 November 2009