Andi Arief dikenal sebagai salah satu aktivis yang ikut menumbangkan rezim Orde Baru dan lahirnya Era Reformasi di Tanah Air.
Pria kelahiran Bandar Lampung, 20 November 1970 ini menghabiskan masa kecilnya di kampung halamannya. Baru pada tahun 1989, Andi hijrah ke Yogyakarta untuk kuliah di Jurusan Ilmu Pemerintahan, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Gadjah Mada (UGM).
Saat kuliah, putra dari pasangan Kiai Haji Arief Mahya dan Hajjah Mas Amah ini aktif di organisasi kemahasiswaan. Ia pernah menjabat sebagai Ketua Umum Senat mahasiswa Fisipol UGM dan Pemimpin Umum Majalah Mahasiswa Fisipol.
Sebagai seorang aktivis mahasiswa, Andi bersama dua rekannya Velix Wanggai dan Denny Indrayana, membentuk Komite Penegak Hak Politik Mahasiswa (Tegaklima).
Organisasi ini pernah melakukan demontrasi saat pelantikan lima pembantu rektor UGM pada 26 Oktober 1994. Mereka meminta hak suara untuk memilih dekan dan rektor.
Nama Andi Arief menjadi sorotan di penghujung Orde Baru setelah ia memimpin Solidaritas Mahasiswa Indonesia (SMID) untuk demokrasi cabang Yogyakarta.
Di peristiwa inilah, Andi mengenal Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang kala itu menjabat sebagai Danrem 072/Pamungkas di Wilayah Yogyakarta.
Saat peristiwa 27 Juli 1996, Andi dikejar aparat. Ia sempat mengadakan jumpa pers dan membantah tudingkan kerusuhan itu didalangi komunitas SMID melainkan rekayasa Orde Baru. Setelah itu, Andi pung menghilang.
Pada 28 Maret 1998, Andi diculik oleh segerombolan orang berambut cepak. Penyekapan itu baru berakhir setelah ia menanda tangani surat penanahan dari kepolisian. Namun, pada 14 Juli 1998, Andi dibebaskan.
Di masa awal Era Reformasi, Andi dan Nezar Patria merilis buku berjudul Antonio Gramsci: Negara dan Hegemoni. Setelah itu, ia sempat tenggelam.
Pada pemilu 2004, Andi jadi bagian dari tim pemenangan pasangan SBY-Jusuf Kalla. Dia kemudian didapuk sebagai Sekretaris Jenderal Jaringan Nusantara, sebuah organisasi sukarelawan pemenangan SBY-Jusuf Kalla.
Sepak terjangnya berhasil menarik perhatian presiden terpilih Susilo Bambang Yudhoyono. Selang dua tahun, Andi dipercaya mengemban posisi Komisaris PT Pos Indonesia.
Pada tahun 2008, Andi sempat maju jadi calon wakil gubernur Lampung mendampingi Muhajir Utomo meski sayangnya mereka kalah. Setahun kemudian, Andi mundur dari PT Pos Indonesia karena ingin fokus dalam kampanye SBY-Boediono pada Pilpres 2009.
Setelah kemenangan SBY di periode keduanya, Andi pun ditunjuk sebagai Staf Khusus Presiden Bidang Bantuan Sosial dan Bencana. Setelah periode kedua presiden berakhir, Andi merapat ke partai besutan SBY sebagai wakil Sekjen Partai Demokrat. (AC/DN) (Photo/Antarafoto)
PENDIDIKAN
S1, Ilmu Pemerintahan, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta
KARIER
Ketua Umum Senat mahasiswa Fisipol UGM (1993-1994)
Pemimpin Umum Majalah Mahasiswa Fisipol (1994-1995)
Ketua Umum Pengurus Pusat Solidaritas Indonesia untuk Demokrasi (1996)
Sekretaris Jenderal Jaringan Nusantara (2004)
Komisaris PT Pos Indonesia (2006-2009)
Staf Khusus Presiden Bidang Bantuan Sosial dan Bencana (2009)
Wakil Sekjen Partai Demokrat (2015-2020)
Berita Terkait