Ketika Reformasi bergulir, Presiden BJ Habibie yang menggantikan Soeharto mendapuk Wiranto sekaligus sebagai Menteri Koordinator Politik dan Keamanan. Di masa-masa krusial ini, Wiranto mengaku memiliki mandat yang mirip seperti diperoleh Soeharto saat mendapat Surat Perintah 11 Maret (Supersemar).
"Saya selaku panglima ABRI, justru memiliki wewenang itu. Mengapa tidak mengkudeta? Karena saya tidak ingin mengkhianati negeri ini," kata Wiranto.
Setelah pensiun dari militer, Wiranto mencoba berkarier ke dunia politik. Di awal-awal tahun Reformasi,pada 2004, Wiranto melaju sebagai kandidat presiden dari Partai Golkar berpasangan dengan Salahudin Wahid. Wiranto maju capres setelah memenangkan konvensi capres yang digelar Partai Golkar. Namun
pasangan ini kalah dalam Pemilihan Presiden yang dimenangi pasangan Susilo Bambang Yudhoyono-Jusuf
Kalla.
Kegagalan dalam Pilpres 2004 tidak membuat patah semangat Wiranto, tetapi justru menjadi pemicu naluriWiranto untuk terjun ke dunia politik. Dia pun kemudian mendirikan partai politik bernama Hanura. Pada pilpres 2009, dia kembali ikut bertarung, tapi sebagai calon wakil presiden berpasangan dengan calon presiden Jusuf Kalla. Hasilnya tetap belum memuaskan.
Meski demikian, Wiranto tidak gentar dan fokus membesarkan partai politiknya. Pada Pilpres 2014, dia kembali menjadi bakal calon presiden berpasangan dengan bos MNC Group Harry Tanoe. Sayang, kedua pasangan ini berpisah sebelum Pilpres digelar.
Pada Pilpres 2014 ini, Wiranto dan partainya hanya menjadi pengusung calon lain yakni Joko Widodo. Dukungannya membuahkan hasil. Wiranto pun diminta untuk menyodorkan kader-kadernya untuk dipilih Presiden Joko Widodo untuk menjadi menteri di Kabinet Kerja periode 2014-2019. Ketika reshuffle kabinet dilakukan Jokowi, Wiranto kembali diangkat menjadi Menteri Koordinator Politik, Hukum dan Keamanan, jabatan yang pernah diembannya di masa Presiden BJ Habibie.
Wiranto lahir di Yogyakarta, 4 April 1947. Ia anak keenam dari sembilan bersaudara. Ayahnya bernama RS. Wirowijoto adalah seorang guru sekolah dasar dan ibunya bernama Suwarsijah sebagai ibu rumah tangga. Wiranto menikah dengan Hj. Rugaiya Usman dan dikaruniai 3 orang anak.
Saat usia baru satu bulan, Wiranto harus pindah bersama kedua orangtuanya ke Surakarta karena agresi Belanda yang menyerang Kota Yogyakarta. Di Surakarta, Wiranto menamatkan pendidikan sekolah dasarnya hingga sekolah menengah. Ia tamat dari SMA Negeri 4 Surakarta pada usia 17 tahun. Selanjutnya ia melanjutkan di Akademi Militer Nasional (AMN) di Magelang dan lulus pada tahun 1968.
Usai lulus dari AMN, Wiranto memulai karier militernya di korps infantri. Namanya mulai diperhitungkan saat menjadi ajudan Presiden Soeharto selama empat tahun antara 1989-1993.
Setelah itu, karier militernya mulai meningkat. Mulai dari kepala staf kodam Jaya, Pangdam Jaya, Pangkostrad, hingga KASAD. Pada tahun 1998, Wiranto ditunjuk oleh Presiden Soeharto menjadi Panglima ABRI (Pangab), kini berubah nama menjadi Panglima Tentara Nasional Indonesia (TNI), hingga era Presiden B.J Habibie.(*)
PENDIDIKAN
SMA Negeri 4 Surakarta (1964)
Akademi Militer Nasional (1968)
Universitas Terbuka, Jurusan Administrasi Negara (1995)
Perguruan Tinggi Ilmu Hukum Militer (1996)
STIE IPWIJA, Magister Manajemen (2006)
Universitas Negeri Jakarta, Doktor bidang Manajemen Sumber Daya Manusia (2013)
KARIER
Korps kecabangan infantri (1968)
Karoteknik Ditbang Pussentif (1983)
Kadep Milnik Pussentif (1984)
Kasbrigif-9 Kostrad(1985)
Waasops Kas Kostrad (1987)
Asops Kasdivif-2 Kostrad (1988)
Ajudan Presiden Republik Indonesia (1989-1993)
Kasdam Jaya (1993)
Pangdam Jaya (1994)
Panglima Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Pangkostrad) (1996)
PENGHARGAAN
Bintang Mahaputra Adipradana
Bintang Dharma
Bintang Yudha Dharma Putra
Bintang Kartika Eka Paksi Utama
Bintang Jalasena Utama
Bintang Swa Buana Paksa Utama
Bintang Bhayangkara Utama
Bintang Yudha Dharma Naraya
Bintang Kartika Eka Paksi Pratama
Bintang Veteran Timur Tengah
Bintang Kehormatan dari Spanyol
Bintang Kehormatan dari Australia
Bintang Kehormatan dari Belanda
Bintang Pingat Jasa Gemilang Singapura
Bintang Kehormatan Darjah Paduka Keberanian Laila Terbilang (DPKT) dari Brunai Darussalam
Bintang Darjah Panglima Mangku Negara (PMN) dari Pemerintah Malaysia
Bintang Kesetiaan XXIV Tahun
Bintang Penegak G-30-S/PKI
Bintang Seroja
Bintang Wirakarya
Bintang Dwija Sistha
Manggala/Wirakarya Kencana
Berita Terkait
Kisah Jenderal TNI Asal Bugis Gebrak Meja di Hadapan Soeharto
Trending
28 November 2024
Bangganya Wiranto Jadi Penasihat 6 Presiden RI
Video
22 Oktober 2024
Wiranto Dukung Prabowo: Sisa Hidupnya Tinggal untuk Mengabdi
Politik
5 Februari 2024