'Anak Rantau' Penantian Panjang Novelis Ahmad Fuadi
- VIVA.co.id/Muhamad Solihin
VIVA.co.id – Penantian penulis novel Ahmad Fuadi terbayar sudah, dengan terbitnya novel keempatnya berjudul 'Anak Rantau'.
Saat bertandang ke redaksi VIVA.co.id, pada hari ini, Selasa 1 Agustus 2017, mantan jurnalis ini mengaku menulis novel butuh waktu dan riset yang mendalam.
"Untuk novel Anak Rantau ini, saya butuh waktu empat tahun. Dibandingkan, tiga novel sebelumnya. Karena, saya butuh riset yang mendalam," kata Fuadi.
Novel Anak Rantau yang bertemakan tentang perantauan ini mulai ditulisnya empat tahun lalu, saat berada di Villa Serbelloni, Italia.
"Tepatnya, saya menghadap Dana Como, dengan latar puncak Alpen, di situlah saya mulai menulis draf novel ini," tuturnya.
Ia mengaku awalnya membayangkan akan menulis tentang kisah anak rantau dan kampung halaman. Belakangan, malah berkembang menjadi banyak cerita tentang luka, memaafkan, dan cerita masa lalu.
Kisah Anak Rantau memang bertolak belakang dengan novel Ahmad Fuadi seperti Negeri Lima Menara. "Ini adalah kisah tentang anak kota yang lahir dan besar di kota, kemudian pindah ke kampung halaman. Dan, semuanya jauh dari yang dia bayangkan."
Dalam novel Anak Rantau, Ahmad Fuadi juga melakukan riset ke kampung halamannya, di sana ia menemukan semua telah banyak berubah. Dia melihat, pranata sosial mulai tidak kuat lagi, suara dari tokoh adat juga tidak lagi banyak didengar.
"Yang lebih menyedihkan adalah surau-surau yang mulai sepi. Beda saat saya kecil, kami harus selalu berada di surau. Dan, ini saya tuangkan dalam novel Anak Rantau," tuturnya.
Bahkan, ia menyebut jiwa dari novel ini adalah memberikan maaf dan menyembuhkan luka. "Cocok dengan situasi sekarang ini, meski dimaafkan tapi tidak melupakan," kata dia.
Saat ini, untuk mendapatkan novel Anak Rantau, Falcon Publishing selaku penerbit memang masih menjualnya secara online. "Rencananya pada Agustus ini sudah bisa dijual offline dan bisa didapatkan di toko buku," ujar Ahmad Fuadi. (asp)