Pedagang Rilisan Musik Raup Untung di Synchronize Fest 2017
- VIVA.co.id/Bobby Agung
VIVA.co.id – Perhelatan akbar Synchronize Fest 2017 turut menyediakan area tempat berjualan merchandise. Dari sekian banyak pilihan, ada lapak rilisan musik yang terpampang.
Salah satu penjualnya bernama Miko Andrean atau lebih dikenal dengan sebutan Mikoasis. Pada kesehariannya, Miko merupakan pedagang rilisan fisik berupa kaset, CD, dan vinyl di Pasar Santa, Jakarta Selatan.
Bisnis penjualan berawal dari hobinya mengoleksi barang-barang sejenis. Miko lantas memulai semua ini sejak tahun 2011 silam.
"Awalnya koleksi, tapi yang sekarang sudah barang dagangan. Genre rilisan yang saya jual sekarang ada jazz, pop, dan rock," ujarnya, kepada VIVA.co.id di Jakarta, Minggu, 8 Oktober 2017.
Sebagai kolektor, dulu Miko memulai jalan panjang mencari rilisan yang disuka. Ia berburu barang dari tempat ke tempat, serta menjelajahi forum-forum internet.
"Pertama kali dari Kaskus dan event Record Store Day tahunan. Itu kok tinggi banget jualnya. Akhirnya gue nyicil jual-jual karena cara dapetinnya gampang sekarang. Kan ini impor, kalo enggak hunting," kata Miko.
Lewat jalur impor, Miko memperoleh rilisan dari Jepang dan Jerman. Ia bisa mendapat harga murah dari barang-barang langka tersebut.
"Kalau di Jepang sih barang kayak gini enggak ada harganya, bisa dijual hanya kisaran Rp10-20 ribu. Sementara kalau di sini bisa sampai Rp300 ribu," tuturnya.
Faktor penentu mahal atau tidaknya terletak pada seberapa besar kelangkaan rilisan tersebut. Semakin jarang, maka semakin pula ia dicari.
Pecinta musik-musik Brit Pop seperti Oasis dan Blur tersebut, kini menghimpun barang dagangan mencapai 500 buah. Ia melihat adanya kemajuan minat beli pada perhelatan Synchronize Fest 2017 sekarang.
"Demand naik kok, buyer minat belinya bagus banget. Tahun kemarin buka, tapi itu parah banget karena mungkin orang fokus nonton. Koleksi barang seperti ini kan memang harus hobi," ujar Miko Andrean.
Harga vinyl berkisar antara Rp200 hingga Rp350 ribu, sementara CD sekitar Rp100 ribu. Rilisan yang dijual rata-rata merupakan barang lama dan musik luar negeri.
"Kan saya pedagang, jadi harus tahu segmen apa yang bisa dijual. Pembeli sekarang rata-rata umurnya 30-60 tahun," katanya.
Miko masih membuka lapak dagangan sampai Synchronize Festival 2017 hari ini, Minggu, 8 Oktober 2017. Ketika ditanya bendera Slank yang tergantung di area sekitar, ia mengaku itu tidak untuk dijual.
"Enggak, itu buat nonton Slank," tutur Miko, disambut tawaan canda dari kolega sekitar.
Synchronize Festival 2017 bakal berakhir hari ini. Slank menjadi salah satu puncak penampil yang bakal disajikan, bersanding dengan nama-nama lain seperti Seringai, Base Jam Reunion, Naif, dan masih banyak lagi. (ren)