Gala Balet 2, Saatnya Penari Difabel Dunia Unjuk Kebolehan
- VIVA.co.id/Rintan Puspitasari
VIVA.co.id – Keindahan tarian berasal dari seluruh anggota tubuh yang bergerak satu sama lain. Tapi pernahkah terbayang jika tarian juga bisa tampak indah dengan keterbatasan?
Bekerja sama dengan British Council Indonesia, Kedutaan Besar Australia dan Institut Prancis, Ballet ID akan segera membuat masyarakat terbuka mata dan pikirannya, bahwa mereka yang memiliki keterbatasan ini tidak memerlukan tatapan iba atau hal lainnya yang memandang sebelah mata mereka. Mereka sanggup dan bisa berkarya sama seperti penari pada umumnya.
Mengangkat tema An Inclusive Dance Event, pentas Gala Balet Indonesia kedua ini akan melibatkan sejumlah penari difabel dan non-difabel Indonesia, serta menyandingkan mereka dalam sebuah kolaborasi unik dengan penari internasional dari Candoco Dance Company, Marcbrew company, Queensland Ballet, Universal Ballet.
Ada Daniel Daw, penari dari Candoco Dance Company, Inggris, yang menderita cerebral palsy, kemudian Magali Saby, penari dari Prancis yang harus bergantung dengan kursi rodanya, begitu pun dengan Marc Brew dari Australia yang juga harus berada di atas kursi roda usai mengalami kecelakaan.
Pertunjukan yang akan berlangsung di Taman Ismail Marzuki, Cikini pada 23 September 2017 ini akan menampilkan karya terbaru hasil kolaborasi yang berlangsung sejak Juni 2017, yaitu CanDoDance, tarian yang melibatkan sejumlah penari tuna rungu Indonesia. Selain itu, ada juga tarian La Fille De L'Air yang merupakan kolaborasi tari dari penari Indonesia yang terpilih lewat audisi dengan Magali Saby.
Ide awal diselenggarakannya Gala Balet ini adalah saat Mariska Febriyani, yang merupakan pendiri Ballet ID ikut berpartisipasi dalam Unlimited Festival di Glasgow. Dia berkesempatan untuk bertemu dengan berbagai macam penari difabel berkualitas internasional. Etos kerja serta semangat para penari difabel tersebut telah memberinya inspirasi untuk menyelenggarakan Gala Ballet ke-2.
"Kita ingin menampilkan kesetaraan penari difabel dan non-difabel baik nasional maupun internasional. Tujuannya ingin meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap difabel bahwa mereka juga bisa berkarya," ujar Mariska dalam jumpa pers di British Council, Senopati, Jakarta Selatan, 19 September 2017.