Kritik Dinilai Terlalu Tajam, Lagu dari Band Methosa Dapat Banyak Penolakan
- ist
Jakarta, VIVA – Grup band Methosa, yang terbentuk pada tahun 2020, kembali menyapa penggemar dengan single terbarunya yang berjudul BOW (Bangun Orang Waras). Dibentuk oleh lima personel, Mansen Munthe (vokal), Rina Nose (vokal), Kelana Halim (bass), Agung (synthesizer), dan Dami (gitar), Methosa telah menancapkan namanya di kancah musik dengan mengusung tema-tema sosial yang sarat makna.
Melalui karya-karyanya, Methosa berusaha menyuarakan keresahan terhadap situasi sosial dan politik yang terjadi di Indonesia saat ini. Scroll lebih lanjut ya.
Lagu BOW lahir dari kegelisahan yang mendalam terhadap kondisi bangsa. Methosa, melalui karyanya, mencoba menggugah kesadaran masyarakat, terutama mereka yang berada di lapisan menengah ke bawah, untuk tidak tinggal diam menghadapi situasi yang semakin genting.
"Keserakahan para pemimpin tampaknya sudah tidak bisa dibendung lagi," demikian yang diungkapkan oleh para personel Methosa.
Lagu ini berbicara lantang mengenai praktik-praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme yang semakin merajalela, tidak hanya di tingkat pusat, tetapi juga hingga ke pemerintahan daerah. Kondisi inilah yang mendorong Methosa untuk menciptakan lagu yang diharapkan mampu membuka mata pendengarnya, serta mengajak mereka untuk aktif mengawasi dan mengkritisi kinerja pemerintah.
Namun, perjalanan Methosa dalam mempromosikan lagu BOW tidaklah mulus. Sejumlah media, yang awalnya diharapkan menjadi saluran promosi, justru menolak untuk memutar lagu tersebut. Alasan yang mereka berikan adalah bahwa lirik lagu ini dinilai terlalu tajam dan langsung mengkritik para penguasa.
Meski demikian, Methosa menegaskan bahwa lagu ini tidak ditujukan untuk menyindir individu tertentu. Menurut mereka, "lirik lagu tersebut adalah karya dari pemikiran yang terjadi dalam kehidupan nyata, yang dirasakan oleh sebagian masyarakat."
Mereka juga melihat biasa saja tentang penolakan tersebut. Methosa percaya, musik mereka akan menemunkan pendengarnya sendiri.
"Kami enggak memikirkan bagaimana menarik peminat musik, karena musik kami akan mencari peminatnya sendiri," ujar Mansen Munthe.