Pepeng Eks Naif Beri Pengertian, Musisi Muda Harus Pahami Hak Cipta Sejak Awal

Pepeng Naif Luncurkan Komik Setan Jalanan
Sumber :
  • VIVAnews/Muhamad Solihin

Jakarta, VIVA – Royalti merupakan salah satu sumber pendapatan penting bagi para pencipta lagu dan komposer. Namun, sayangnya masih banyak pencipta karya musik yang belum menyadari pentingnya mengurus hak-hak terkait royalti mereka. Pengurusan royalti adalah langkah krusial agar setiap karya yang diciptakan dan digunakan oleh pihak lain memberikan hak yang adil kepada penciptanya.

Pencipta Lagu Resah, LMKN Pastikan Distribusi Royalti Sudah Maksimal

Menurut data yang dimiliki oleh WAMI (Wahana Musik Indonesia), lebih dari 5 ribu komposer telah terdaftar. Meskipun jumlah komposer yang mengurus royalti meningkat setiap tahunnya, kesadaran mengenai pentingnya pengelolaan hak cipta masih relatif rendah. Scroll lebih lanjut ya.

Mantan drummer band Naif, Pepeng, turut menyoroti pentingnya pengurusan hak cipta. Pria yang bernama asli Franki Indrasmoro Sumbodo ini berharap agar komposer-komposer muda tidak menunggu karyanya terkenal terlebih dahulu sebelum mengurus royalti. 

Kumpulkan Rp161 Miliar dari Royalti Musik di 2024, WAMI Sebut Belum Ideal

"Sejak awal perilisan (lagu), di situlah letak pentingnya untuk memperhatikan kepengurusan royalti," ujar Pepeng dalam keterangannya baru-baru ini.

Era Digital dan Hak Cipta, Melly Goeslaw Dorong Pembaruan UU HKI

Pepeng juga mengenang saat masih berkarir bersama band Naif, mereka sempat kesulitan dalam mengurus royalti. Oleh karena itu, ia berharap agar komposer-komposer muda bisa lebih sadar akan pentingnya mempelajari hak cipta sejak dini. 

"Jadi bagi musisi muda, sudah saatnya untuk lebih paham tentang hak mereka sebagai musisi, baik itu sebagai pencipta lagu maupun sebagai penampil. Buka wawasan dalam hal hak-hak dan kewajiban sebagai seniman musik," tambahnya.

Sebagai bentuk kepedulian terhadap hak cipta para pencipta lagu, WAMI berkomitmen untuk memberikan edukasi kepada para pegiat musik, terutama yang masih berada di bangku kuliah. Salah satu bentuk inisiatif tersebut adalah dengan menyelenggarakan program WAMI Goes To Campus (WGTC).

Ilustrasi musik dan tikus.

Photo :
  • skynews.com

Program ini bertujuan untuk memberikan edukasi kepada pencipta lagu mengenai pentingnya mengurus hak-hak mereka serta meningkatkan kesadaran di kalangan pengguna musik tentang kewajiban membayar royalti kepada para komposer.

"WAMI proaktif dalam memberikan edukasi, terutama kepada komposer-komposer muda agar mereka segera mengurus hak cipta sejak karya mereka diluncurkan," ungkap Robert Mulyarahardja, Head of Corporate Communication WAMI.

Robert menjelaskan bahwa alasan kampus menjadi target WAMI dalam program edukasi ini adalah untuk meningkatkan kesadaran generasi muda mengenai pentingnya hak cipta. WAMI pun merasa senang dengan respon positif dari institusi pendidikan tinggi di Indonesia terhadap inisiatif ini selama tiga tahun terakhir.

"Di sini kita juga melihat adanya pengakuan dari institusi-institusi pendidikan tinggi tentang pentingnya hak cipta dan peran WAMI dalam pengelolaannya," ujar Robert lebih lanjut.

Robert juga mengingatkan bahwa semua karya musik harus diapresiasi dengan baik agar ekosistem musik di Indonesia bisa tumbuh dengan sehat. 

"Karya itu harus kita anggap seperti anak kita sendiri. Tidak ada orang tua yang mau anaknya diperlakukan secara sembarangan, kan?" ujarnya.

Dalam program WAMI Goes To Campus, beberapa komposer dari berbagai aliran musik akan hadir untuk berbagi pengalaman mengenai pengelolaan royalti. Salah satunya adalah Pepeng, mantan anggota band Naif, yang akan berbicara tentang pengalaman karirnya terkait hak cipta.

Program WAMI Goes To Campus akan menyambangi beberapa kampus di Indonesia, antara lain SAE pada 13 September 2024, Universitas Pelita Harapan pada 17 September 2024, Universitas Padjadjaran pada 11 Oktober 2024, dan Universitas Indonesia pada 7 November 2024.

Seluruh rangkaian acara WAMI Goes To Campus akan meliputi sesi diskusi, edukasi, dan tanya jawab interaktif. Melalui program ini, WAMI berharap dapat menciptakan ekosistem musik yang lebih sehat di Indonesia.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya