Diaransemen Galaxy Band, Lagu Kopi Dangdut Jadi Penutup Ubud Village Jazz Festival 2024

Ubud Village Jazz Festival 2024 - Foto: Dokumen UVJF 2024
Sumber :
  • VIVA.co.id/Maha Liarosh (Bali)

Ubud, VIVA – Ubud Village Jazz Festival 2024 yang berlangsung di Shtala Ubud Portofolio Hotel by Marriot  Bali, berhasil menyedot ribuan penonton dari belahan dunia. Pecinta Musik Jazz dihibur oleh puluhan musisi gabungan dari Benua Asia dan Eropa selama dua hari.

Romantic Ways to Enjoy Dinner in Bali

Sementara itu di akhir festival, Kopi Dangdut milik Fahmi Shahab menjadi penutup Sthala Ubud Village Jazz Festival (UVJF) 2024. Lagu dangdut yang terkenal di era 90 an itu diaransemen oleh Galaxy Band yang didirikan oleh warga Jepang di Jakarta pada 1992. 

Event tahun ini diikuti oleh musisi jazz dari 9 negara. Sthala UVHJ bukan saja menghadirkan keseruan, tapi juga keunikan karena dikemas menyatu dengan alam dan tradisi Bali.

International Golo Mori Jazz, Sensasi Nikmati Musik dengan Eksotisme Perbukitan di Timur Indonesia

Ubud Village Jazz Festival 2024 - Foto: Dokumen UVJF 2024

Photo :
  • VIVA.co.id/Maha Liarosh (Bali)

"Ini bukan hanya free jazz tapi justru jazz," kata Co-founder Ubud Village Jazz Festival, Yuri Mahatma, Sabtu (3/8/2024).

Andien Meriahkan Roadshow International Golo Mori Jazz 2024, Paduan Musik dan Pemandangan Syahdu

Selama dua hari pelaksanaan, 2-3 Agustus 2024, tercatat lebih dari 3.000 pengunjung dari dalam dan luar negeri yang hadir. Mereka menikmati penampilan dari 9 grup musik jazz internasional dan lokal di tiga panggung yakni, Giri, Padi, dan Subak.

Marjan dari Belanda mengungkapkan, tahun ini jadi tahun kesembilan dirinya hadir di festival jazz itu. Menurutnya, pergelaran yang digelar setiap tahun memiliki keunikan tersendiri.

"Saya sungguh-sungguh menikmatinya, saya akan terus datang setiap tahunnya," kata Marjan.

Musik jazz dengan kekayaannya dalam makna dan interpretasi, bergantung pada persepsi, intelegensia dan pengalaman pendengar. 

Marjan mensetarakan kelahiran musik jazz dan keroncong di Indonesia. Keduanya lahir dari tekanan. Musik keroncong muncul karena jeritan hati dalam masa kolonialisasi Portugis di Batavia.

"Mereka memainkan alat musik apa adanya. Namun seiring jaman, jazz kerap kali dianggap musik borjuis dan elit," kata Marjan.

"Meski begitu, jazz tetap mampu memperlihatkan kerumitan teknik yang membuatnya terbuka terhadap interpretasi bebas di tengah keteraturannya," tambahnya.

Sementara, musisi jazz yang tampil dalam Sthala UVJF Ke-11 yakni, Collective Harmony (Indonesia), Fawr (Indonesia), Eric Chong Trio With Sinuksma & Kanhaiya (Hong Kong-Indonesia).

Simon Praticco Trio (Italia), Claude Diallo Trio With Indra Gupta & Gustu Brahmanta (Swiss-Indonesia), New Centropezn Quartet (Rusia).

Zagorski-Skowronki Project Feat Kajetan Galas (Polandia), Uwe Plath Quartet (Jerman), dan Galaxy Bigband (Indonesia). 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya