Humanimal Milisi Hardcore Kota Patriot Lepas Single 'Rakjat'
- Rafi Anditya Pamungkas
VIVA Showbiz – Bukan perkara mudah mempertahankan konsistensi berkarya dalam formasi band, yang mengusung musik ekstrem. Humanimal, legiun hardcore kota Bekasi justru punya cara tak biasa menghadapi realita hidup dan eksistensi sikap dalam berkarya.
"Boys from old block" atau dalam Bahasa Indonesia, "Anak-anak dari gang tua" adalah jargon yang senantiasa dikedepankan oleh empat personel Humanimal. Semangat militansi akar rumput, ternyata membuat Humanimal tak hanya menyita perhatian dari produk musikalitasnya.
Ada entitas lain yang terasa saat Mahesa Agni (vokal), Iqbal Darwin (gitar), Andika Reska Putra (bass) dan Muhammad Luthfi (drum), melibas panggung dengan cara mereka sendiri. Gelegar distrosi gitar dan gemuruh tempo cepat punk rock di sektor drum, tampak biasa jika mengandalkan telinga untuk memahami seperti apa musik hardcore.
Tapi, ada hidangan yang tak biasa yang disajikan oleh empat anggota milisi ini. Ya, unsur hip hop ternyata tak kalah lantang dari beratnya distorsi gitar dan suara keras pedal ganda. Konsep ini lah yang sepertinya hanya dipunyai oleh Humanimal, dalam konteks skena musik ekstrem di Kota Patriot.Â
Tak seperti album pertama bertajuk "Injusticia" yang ditelurkan pada 2018, Humanimal lebih berani untuk memaksimalkan unsur hip hop dalam komponen album keduanya. Single berjudul "Rakjat" adalah perwakilan dari seluruh materi lagu, yang akan dipublikasi pada September 2022 nanti.
Alur groove yang pernah disebar oleh penggawa hardcore dunia seperti Downset, Terror, Madball atau Earth Crisis, cukup diadopsi oleh Humanimal. Sementara, identitas hip hop rasa Cypress Hill, Beastie Boys atau De La Soul, juga seperti jadi organ vital yang tak mungkin dipisahkan.
Khusus untuk "Rakjat" kebebasan Humanimal dalam menciptakan karya kian terasa. Unsur solidaritas yang kerap jadi garis utama pesan yang dikumandangkan band-band hardcore sama sekali tak hilang.
Mahesa sang vokalis menjelaskan garis besar tema yang dituangkan dalam single "Rakjat". Dalam lirik yang digambarkan dalam lirik lagu "Rakjat" menurut Mahesa adalah perasaan yang saat ini dialami banyak masyarakat Indonesia. Berbagai polemik yang terjadi, selalu rakyat yang akan terkena dampak langsungnya.
"Kalau untuk 'Mercy' secara keseluruhan gue ingin menyampaikan bahwa semua orang itu butuh space room (ruang gerak) untuk mengevaluasi. Seperti disappoint room (ruang penyesalan) lah," sambung Mahesa.
"Buat 'Rakjat' sekarang kan rakyat ini yang paling merasakan semua yang terjadi. Dampak sosial, politik, agama dan macam-macam. Makanya dalam lirik, gue ingin menyampaikan bahwa sekarang juga sudah saatnya semua dikembalikan ke rakyat," katanya.
Sementara itu, Andika ikut menjelaskan bagaimana proses pembuatan album "Mercy" Humanimal. Saat diwawancara VIVA Showbiz, pencabik bass Humanimal ini justru mengungkap sebuah fakta yang justru aneh bin ajaib.Â
Ternyata, album kedua ini sebenarnya sama sekali tak terpikir untuk dieksekusi. Akan tetapi, profesionalitas dan komitmen terhadap agenda internal band justru membuatnya jadi terealisasi.
"Bikin album ini (sebenarnya) enggak ada niat sama sekali. Tapi, memang di agenda tahunan Humanimal ada (yang harus dibuat seperti) single, split atau album. Agenda itu sudah ada dari 2016," ujar Andika.
"Kemarin kan split sudah, sekarang apa nih. Ya sudah, album deh. Uangnya (modal) dari mana? Biar gue yang cari. Lo semua cukup tahu latihan aja, gue bilang begitu ke anak-anak," katanya.
Siapa sangka, gayung pun bersambut. Sebuah label dari Pekalongan, Jawa Tengah, bersedia memproduksi album kedua Humanimal. Meskipun terkesan nekat dalam pengerjaannya, pada akhirnya rangkuman karya itu pada akhirnya terealisasi.
"Gue bilang, 'ayo bikin album, jadi nih'. Mereka tanya, 'berapa lagu?' Gue jawab sembilan lagu. Itu asal sebut, sembilan lagu itu asal sebut. Bahkan sampai gue berangkat ke studio rekaman gue enggak tahu lagunya apa," tutur Andika sambil tertawa.
Ada satu lagu bergenre hip hop, yang terdapat dalam album "Mercy". Ide pembuatan lagu ini didapat dari pengalaman saat Humanimal bersama unit hardcore asal Jakarta, Outrage, membuat split album berjudul "Humanrage" pada 2021 lalu. Dalam album itu, kedua band bekerja sama untuk membuat musik berbasis hip hop.
"Waktu bikin 'Humanrage' kan dua band hardcore jadi satu bikin hip hop, dan menurut gue cukup sukses. Nah sekarang kita buktikan sendiri aja juga bisa," kata Andika.
Saat mendapat pertanyaan soal tema yang diusung dalam proses penulisan lirik dan secara keseluruhan konsep, Andika dan Mahesa menjelaskan secara terperinci. Menurut keduanya, album ini adalah pengungkapan rasa syukur dari seluruh personel Humanimal.
"Gue menjalankan Humanimal ini banyak gelombang, banyak lah, segala macam. Gue merasa kok bisa eksis sampai sekarang, maka itu gue enggak lupa bersyukur. Bersyukur untuk apa, menurut gue cakupannya luas," lanjut Andika.
Meskipun memiliki karakter musik yang mutlak keras, Humanimal ternyata punya misi membawa perdamaian kepada publik. Dalam skala kecil, band ini senantiasa melontarkan kampanye untuk saling menghormati dan menghargai.Â
"Kita selalu dalam setiap panggung kalau kita main, pasti kita sampaikan campaign perdamaian. Kita mau enggak ada yang ribut-ribut lah, capek. Ya mudah-mudahan bisa dimulai dari yang kecil-kecil dulu," pungkas Mahesa.