2 Tahun Tertunda, Teater Musikal Monolog Inggit Garnasih Dihelat Megah
- VIVA.co.id/Dedi
VIVA – Setelah tertunda selama dua tahun karena pandemi COVID-19, teater musikal monolog Inggit Garnasih dihelat untuk publik secara langsung pada Jumat dan Sabtu, 20-21 Mei 2022 di Ciputra Artpreneur Theatre, Kuningan, Jakarta. Perhelatan ini mengusung sajian yang berbeda dari sebelumnya karena diiringi dengan orkestra.
“Dua tahun dalam penantian, mencoba untuk tidak berpindah media. Awalnya tergoda untuk pindah platform, di online segala macam. Tapi kami tetap bersiteguh bahwa ini bukan 'Waiting for Godot', suatu saat ini pasti akan datang,” ucap Wawan Sofwan selaku sutradara pementasan dalam konferensi pers di Jakarta, Kamis, 19 Mei 2022.
Sebelum itu, Titimangsa Foundation pernah mementaskan monolog Inggit Garnasih sebanyak 13 kali dalam rentang tahun 2011 sampai 2014 di Jakarta dan Bandung. Monolog yang bertajuk Inggit Garnasih, Tegak Setelah Ombak menandakan produksi ke-53 Titimangsa yang diproduseri oleh Happy Salma.
Happy menyebut bahwa pertunjukkan ini menyatukan kembali energi di antara pelaku-pelaku seni adalah sebuah tantangan tersendiri dalam mementaskan teater secara langsung. Hal ini karena sudah dua tahun lamanya pandemi membuat orang terbiasa menonton secara gratis dan daring.
“Kami percaya energi menonton langsung tidak akan tergantikan dan hari ini bukti sejarah saya mampu membuktikan bahwa memang menonton secara langsung tidak akan pernah tergantikan oleh apa pun,” kata Happy Salma selaku pemain sekaligus produser.
Perhelatan monolog Inggit Garnasih ini juga didukung oleh Dian HP sebagai komposer, Avip Priatna sebagai konduktor, dan diiringi oleh lantunan musik Jakarta Concert Orchestra serta suara dari Batavia Madrigal Singers.
Pementasan yang terinspirasi dari roman karya Ramadhan KH yang berjudul Kuantar ke Gerbang ini menyajikan cerita yang pada saat itu Inggit Garnasih berjuang dan mendampingi Soekarno sampai menjadi Presiden Pertama Indonesia.
Menjadi istri kedua yang bisa bertahan selama 20 tahun, Inggit setia merawat Sang Proklamator, mulai dari menempuh pendidikan di Technische Hoogeschool te Bandoeng, saat ini ITB, berjuang untuk memenuhi kebutuhan keluarga, mendampingi Bung Karno di penjara Sukamiskin, sampai ikut dalam pengasingan di Ende dan Bengkulu.