Meninggal Dunia, Ini Kiprah Musisi Djaduk Ferianto di Dunia Seni
- Instagram@Djaduk
VIVA – Musisi kenamaan Djaduk Ferianto meninggal dunia dini hari tadi pukul 02.30 WIB, Rabu 13 November 2019. Kabar duka pemimpin grup musik Kua Etnika dan Orkes Keroncong Sinten Remen ini awalnya disampaikan oleh sang kaka Butet Kerterajasa lewat akun instagramnya @masbutet.
Djaduk rencananya akan disemayamkan di Padepokaan Senin Bagong, kawasan Bantul Yogyakarta pukul 15.00 WIB di makam keluarga Bantul.
Pemilik nama lengkap RM. Gregorius Djaduk Ferianto ini merupakan seniman multi talenta. Bersama kawan-kawannya, ia mempelopori Ngayogjazz, yaitu festival musik jazz yang digelar di desa-desa. juga memimpin grup musik Kua Etnika dan Orkes Keroncong Sinten Remen.
Lahir di Yogyakarta pada tahun 1964 silam, Djaduk berasal dari keluarga seniman. Ayahnya merupakan seniman kondang Bagong Kussudiharjo begitu juga kakaknya Butet kertaradjasa. Ia menikah dengan Petra dan dikaruniai 4 orang anak.
Djaduk bersama para musisi dan sang kakak Butet Kertaradjasa.
Dilansir laman Kelola, Djaduk sejak kecil telah akrab dengan kesenian berkat keluarga dan pergaulannya dengan para siswa Padepokan Seni Bagong Kussudiardja (PSBK) pimpinan ayahnya.
Lepas SMA ia mengambil jurusan Seni Rupa dan Desain di Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta. Meski berlatar seni rupa, namun sepanjang kariernya ia lebih menekuni bidang musik dan mempelajarinya secara otodidak.
Karya-karyanya pada era orde baru dan reformasi cenderung mengandung kritik sosial dan politik, di antaranya 'Ngeng-Ngeng' tahun 1993 dan 'Kompi Susu' tahun 1998. Ia juga kerap bereksperimen dengan berbagai gaya dan genre kesenian.
Ia juga sering berkolaborasi dengan seniman Emha Ainun Najib dan memadukan alat musik barat dan gamelan. Djaduk juga kerap mengeksplorasi lagu-lagu daerah menjadi lebih dinamis.