Indonesia Pusaka Dikumandangkan di Jazz Gunung Bromo

Jazz Gunung Bromo
Sumber :
  • VIVA/Nur Faishal

VIVA – Band Ring of Fire menghangatkan suasana pada malam kedua Jazz Gunung di Jiwa Jawa Resort kawasan Gunung Bromo, Kecamatan Sukapura, Kabupaten Probolinggo, pada Sabtu malam, 28 Juli 2018. Indonesia Pusaka jadi lagu pembuka sebagai ekspresi cinta atas Tanah Air.

Ditemani Kabut Romantis, Jazz Gunung Bromo 2024 Sukses Bius Ribuan Penonton

Ring of Fire adalah grup musik yang dibentuk oleh maestro musik Indonesia, Djaduk Ferianto. Grup asal Yogyakarta ini menggabungkan instrumen musik etnik dan modern. Tampil di Jazz Gunung, Djaduk mengajak grup Kuaetnika. Tak heran bunyi klenang klenong gamelan  berpadu harmoni dengan gitar dan piano. 

Jazz Gunung tahun ini bertema Merayakan Keragaman. Itu bentuk dari kecintaan atas Indonesia yang beragam budayanya, kebiasaan masyarakatnya dan alamnya. 

BRImo ke Bromo, Hadirkan Berbagai Promo Menarik Selama Jazz Gunung Bromo 2024

"Untuk meyakinkan kembali bahwa kita orang Indonesia, mari kita buka dengan lagu Indonesia Pusaka," ajak Djaduk kepada penonton. 

Jazz Gunung Bromo

Jazz Gunung Bromo 2022 Siap Digelar, Ini Deretan Musisi yang Tampil

Semua yang hadir pun berdiri dan bernyanyi, "Indonesia tanah air beta. Pusaka abadi nan jaya. Indonesia sejak dulu kala. Selalu dipuja-puja bangsa."

Setelah itu, Ring of Fire menyuguhkan dua nomor yang dicipta Djaduk terinspirasi dari Gunung Bromo, Nirwana dan Bromo. "Suatu waktu saya diajak Mas Sigit (Sigit Pramono) ke satu titik di pananjakan yang luar biasa. Ada pemandangan menakjubkan, di bawah gelap dan di atas jadi terang. Seperti nirwana," kata Djaduk bercerita proses karyanya. 

Nomor kedua ialah Bromo. Nomor ini juga terinspirasi dari titik penanjakan di kawasan Gunung Bromo. Penanjakan itu diberi nama Sigit dengan Bukit Kingkong. 

"Saya mendengar suara siulan lalu saya rekam dengan HP. Saya komposisi setelah pulang ke Yogyakarta," tandas Djaduk.

Tak heran, jika Anda menyaksikan Bromo, suara siulan seruling yang dimainkan Djaduk mendominasi. Bromo, lanjut Djaduk, lahir saat Jazz Gunung ketiga. Nomor itu sudah ia bawa keliling di pentas pertunjukan sejumlah negara, seperti di Eropa dan Amerika. 

"Artinya Bromo sudah dikenal dunia," ucapnya. 

Suasana malam di lereng Gunung Bromo tambah hangat ketika penyanyi asal Batu, Jawa Timur, Syaharani, dipanggil Djaduk bergabung. Penyanyi jazz cantik itu membawakan tiga lagu miliknya. Tentu saja setelah dibongkar habis dengan aransemen ulang Djaduk. 


 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya