Jamaah Aljaziyah, Sebutan bagi Pecinta Jazz Gunung Bromo
VIVA – Jamaah Aljaziyah. Begitu pendiri Jazz Gunung Bromo, yakni Butet Kertaradjasa, Gregorius Djaduk Ferianto dan Sigit Pramono, menyebut dan menyapa para penggemar penonton Jazz Gunung Bromo di Jiwa Jawa Resort Kecamatan Sukapura, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur, pada Jumat malam, 27 Juli 2018.
"Para jamaah Aljaziyah, tak terasa sudah sepuluh tahun Jazz Gunung di sini berjalan. Dari pertama kali hanya 250 orang (penonton) sampai seperti sekarang. Ini luar biasa," kata Butet.
Dengan nada bercanda, pemain teater itu menolak disebut sebagai pendiri Jazz Gunung. Dia menyebut diri sebagai 'penghasut' Djaduk Ferianto dan Sigit agar menggelar pentas musik di alam terbuka di Gunung Bromo. "Tapi yang pasti, kalau di luaran sana yang ada ujaran kebencian, di sini ujaran keharmonian," ucapnya.
Sigit dan Djaduk mengaku bangga jazz gunung tetap bertahan hingga tahun kesepuluh. Menurut Sigit, ini pencapaian luar biasa. "Tentu ini karena gotong royong. Anda semua rela naik gunung untuk menyaksikan jazz gunung. Saya mohon dukungan bapak dan ibu, agar terus datang ke jazz gunung ini, dengan cara-cara pertemanan," kata Sigit.
Setelah Tohpati, Andre Hehanusa menjadi artis pamungkas pertunjukan musik semalam. Sejumlah lagu dia lantunkan, di antaranya Kuta Bali, Rasa Sayange, dan Bidadari. Tanpa peduli cuaca dingin, penonton tampak bersemangat bergoyang dan bernyanyi, menirukan lagu yang dibawa Andre. (ase)