Sophie Navita: Kesehatan Dimulai dari Pikiran
- dok.ist
VIVA – Lama tak muncul di televisi, Sophie Navita, kini sibuk menjadi bintang tamu di sejumlah acara kesehatan. Kali ini, hadir sebagai pembicara di acara Avrist Insurance Day: Healthy Self, Healthy Future, di kawasan Jakarta Selatan, Sophie menyoroti tentang gaya hidup sebagian orang yang tak bisa lepas dari telepon genggam atau smartphone.
Menurut Sophie, gaya hidup sehat tidak membutuhkan biaya tinggi, persoalan utama ada pada ketidakmengertian cara beristirahat dan perlu disiplin.
"Persoalan kita adalah enggak ngerti cara istirahat. Bayangkan, bagaimana bisa kita hidup dengan handphone terus dipegang dan memengaruhi seluruh kehidupan kita, tanpa istirahat. Padahal, kesehatan itu semua dimulai dari pikiran," kata Sophie, Kamis 9 November 2017.
Sohie, yang juga penulis buku “Hati yang Gembira adalah Obat” ini mengaku sedih dengan begitu tergantungnya orang-orang saat ini dengan smartphone, lupa bahwa dampak negatif ketergantungan pada smartphone itu berpangaruh pada kesehatan. Bahkan, tangan yang menggenggam smartphone bisa mengubah bentuk tangan, leher, dan punggung.
“Mau fit atau mau sehat? Mau fit tinggal pergi ke gym setiap hari, tetapi belum tentu sehat ya. Saya sendiri, meskipun terus menjaga kesehatan, tetapi tetap juga sakit. Itu sekali lagi dimulai dari pikiran,” ujarnya.
Sophie mengaku senantiasa menerapkan gaya hidup sehat, pada kesempatan ini juga berbagi mengenai berbagai kegiatan yang dia lakukan untuk menjaga dirinya dan keluarga, agar terus terlindungi dari bahaya penyakit kritis yang mengancam setiap hari.
“Bagi saya dan Pongki, menjaga kesehatan adalah yang terutama. Gaya hidup sehat tidak memerlukan biaya yang tinggi, hanya memerlukan keteraturan dan kedispilinan. Tidak ada yang lebih mahal dari kesehatan, dan tidak ada hal yang paling menyedihkan selain merasakan sakit,” ujar Sophie.
“Sebagai seorang Ibu juga saya bertanggung jawab terhadap masa depan anak saya. Termasuk, menyiapkan dan melindungi masa depan yang sehat dan cerah, agar mereka dapat meraih prestasi yang saya harapkan dapat melebihi yang saya sudah raih saat ini,” sambungnya.
Sementara itu, Burton Lai, president director PT Avrist Assurance berpendapat, penyakit kritis bukan sekadar berisiko tinggi terhadap jiwa seseorang tetapi memberikan beban dan risiko finansial yang cukup signifikan.
Menurut catatan Kementerian Kesehatan periode Januari hingga Juni 2014, program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) harus membiayai penyakit kritis yang menimpa sejumlah masyarakat Indonesia hingga mencapai Rp5,27 triliun.
“Itu pun belum termasuk mereka yang dirawat tanpa menggunakan fasilitas asuransi dari BPJS Kesehatan. Inilah yang ingin kami gaungkan kembali kepada masyarakat Indonesia sebagai bentuk tanggung jawab kami sebagai perusahaan jasa asuransi melalui acara Avrist Insurance Day: Healthy Self, Healthy Future,” ujar Burton Lai.