Innalillahi, Anak Drummer Matta Band Meninggal Dunia Terseret Ombak di Nusa Penida Bali
Jakarta, VIVA – Kabar duka datang keluarga Yadi Bachman, alias Wox drummer Matta Band, yang baru saja kehilangan sang putra untuk selamanya. Kaisar Akira Ayman adalah salah satu pelajar SMA IT Insan Sejahtera Sumedang, yang ikut berwisata ke Klingking Beach, Desa Bunga Mekar, Nusa Penida, Klungkung, Bali.
Kaisar Akira Ayman meninggal tenggelam dan hanyut di laut ketika sedang berlibur dengan teman-temannya. Jenazahnya langsung dijemput oleh kedua orang tuanya termasuk Yadi Bachman ke Bali pada Kamis kemarin. Rencananya, jenazah Kaisar tiba di rumah duka yang berlokasi di Sumedang Selatan, Jawa Barat, pada Jumat siang ini karena telah diberangkatkan dari Bali pada pukul 21.00 WITA kemarin.
Selain Yadi Bachman dan sang istri, ada juga guru dan kepala sekolah yang mendampingi pemulangan jenazah Kaisar ke rumahnya.
Kabar duka ini dibagikan sendiri oleh Yadi Bachman lewat unggahan di Instagramnya. Ia mengunggah sebuah video ketika tengah berpelukan dengan sang istri yang menangis histeris lantaran melihat jenazah sang anak di laut. Sang anak sempat terseret ombak dan hampir tidak ditemukan, namun setelah Yadi Bachman datang ke sana ia sangat bersyukur jenazah sang anak yang hanyut muncul begitu saja.
"Innlillahi wa ina ilaihi roji'un. Nggak lama setelah kita datang @kaisarakira ditemukan," tulis Yadi Bachman di Instagram story, dikutip Jumat 1 November 2024.
Akun Instagram resmi Matta Band juga membagikan kabar duka yang sangat mengiris hati ini. Tak lupa, doa terbaik dipanjatkan untuk mengantar remaja 16 tahun tersebut agar mendapatkan tempat terbaik di sisi Allah SWT.
"Selamat Jalan Ananda Kaisar.Allahummarhamhu wa'afihi, wakim nuzulahu wawasi' madkholahu birohmaatika ya-arhama rohimin. Teriring doa kami panjatkan, untuk ananda Kaisar, putra dari drummer kami @bachman.jr semoga Allah SWT luaskan kuburnya dan diterangi jalannya menuju jannah. Aamiin," katanya.
Akibat kejadian ini, Edu Tour yang diadakan oleh SMA IT Insan Sejahtera Sumedang di Bali, terpaksa dihentikan. Rombongan sekolah itu mulanya berangkat dengan jumlah 40 siswa dan 7 guru pendamping. Mereka naik kereta api menuju Bali dan untuk pulang ke tempat asalnya.