Bryan Domani Ternyata Pengusaha Handal, Bongkar Alasan UMKM Sepi Gegara Hal Remeh Ini

Bryan Domani
Sumber :
  • IG @bryandomani_bd_

Jakarta, VIVA –  Aktor yang berdomisili di Depok, Bryan Domani di balik kisah suksesnya sebagai aktor ternyata banyak terjun di dunia bisnis. Beberapa kali gagal, bukan halangan untuknya terus mencoba bisnis baru.

TERPOPULER - Azriel Hermansyah Dihujat hingga Betrand Peto Merasa Bersalah

Jatuh bangun di dunia bisnis ternyata beberapakali dialami Bryan Domani. Diam-diam, dia bahkan pernah melakukan investasi di perusahaan jalan tol tapi gagal. Kegagalan lainnya, juga dialami di dunia  bisnis food truck, dan masih banyak lagi bisnis-bisnis gagal yang dibangun oleh Bryan Domani. 

Aktor kelahiran Jerman 29 Juli 2000 ini mengaku beberapakali pindah haluan. Benarkah terjun ke dunia hiburan karena kapok berbisnis?

Ungkap Alasan Main Film Horor, Bryan Domani Bakal Bikin Kesal Penonton

"Awalnya terjun di musik, itu 3 tahun karier aku terus ke sinetron. Abis itu ditawarin investasi jalan tol, dikira bakal easy, ternyata enggak. Masukin duitnya gampang tapi kok imbasnya gak ada. Akhirnya ditarik balik, jatohnya hasil gak ada, cuma muter doang," kata Bryan dalam podcast Kasusolusi.

Pertama Kali Main Film Horor, Bryan Domani Langsung Alami Kejadian Mistis: Semua Kru Pucat!

Diakuinya, bisnis investasi jalan tol bukanlah bisnis yang susuai syariat Islam. Dia pun menyadari, ketika menjalani bisnis tersebut, belum memahami aturan bisnis dalam agama Islam. 

"Waktu itu belum paham agama banget, ternyata ada pelanggaran syariat. Aku waktu itu masih 17 tahun, kayak cobalah, jadi belajar dari kesalahan, mau bisnis harus tahu latar belakang orang yang ajak berbisnis," ujarnya.

Setelah gagal menjalani investasi bisnis jalan tol, Bryan bersama keluarga membuka bisnis kedua, yakni bisnis food truck. Belajar dari sang ayah yang seorang Chef Eksekutif, ia pun memulai bisnis menjual aneka makanan asal Jerman.

Namun lagi-lagi tak semudah yang dibayangkan, menjalani bisnis F&B juga harus memiliki market pembeli. "Jadi is not easy. Waktu itu bisnis sosis jerman, intinya banyak makanan Jerman tapi kita jual yang aman dikonsumsi Muslim. Papahku waktu itu punya ide bikin food truck di Cinere, tapi lama-lama di Indonesia bisnis fodd truck mati, kenapa? Karena bisnis ini fokusnya pedestrian orineted, sementara mana ada di Indonesia pedestarian yang nyaman," katanya. 

Tak hanya itu, banyaknya saingan di dunia bisnis kuliner, membuat bisnis food truck nya juga hanya bertahan kurang lebih satu tahun. "Banyak lawannya (saingannya), cuma setahun, tapi ini juga karena ada yang iri. Karena bisnis kita rame, didatengin lah sama polisi di cek halal gak, ada izinnya gak," ujarnya.

Karena hal itu, keluarga Bryan tak menyerah, mereka tetap melanjutkan bisnisnya dengan keliling jualan sosis. "Padahal kita itu bangun relatinship sama custumer, jadi banyak yang tertarik untuk cicip makanan kita, tapi cara itu justru banyak yang curiga. Kayak orang kerja di rumah banyak duit tapi dikira ngepet."

Padahal kata Bryan bisnis justru dibangun karena dia dan keluarga memiliki rasa memiliki sehingga mudah memasarkan pada para pelanggannya. "Jadi kebanyakan bisnis di Indonesia, sense of belongingnya ga ada. Padahal dalam bisnis harus ada momen touch of kitanya. Karena merasa memiliki jadi asik. Apapun bisnisnya mau F&B, bisnis pakaian, harus ada rasa saling memiliki. Begitu juga karyawannya harus diajarkan untuk punya rasa memiliki," katanya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya