Dokter Tirta Ungkap Budaya Bullying Turun Temurun di Lingkup Kedokteran

dr. Tirta komentari orang FOMO olahraga seperti BeAT karbu balapan sama Ninja
Sumber :
  • Instagram/@dr.tirta

Jakarta, VIVA – Kasus bullying di lingkup kedokteran belakangan ini tengah menjadi sorotan publik setelah adanya kasus bunuh diri salah seorang dokter yang mengaku tak kuat dirundung oleh para seniornya.

dr. Tirta Sebut Orang yang kerja Shift Malam dan Kreatif Masa Tuanya Bisa Kena Stroke, Kenapa?

Sebagai seorang yang bekerja di bidang yang sama, Dokter Tirta mengungkapkan bahwa tindak bullying di lingkungan para dokter sebenarnya sudah terjadi sejak lama.

Pada dasarnya, tindak bullying ini tidak akan ada habisnya karena setiap kali seorang menjadi senior, maka ia akan melakukannya pada sang junior.

Pelaku Pencemaran Nama Baik IU Divonis 4 Bulan Penjara

Seolah turun menurun, Dokter Tirta menjelaskan bahwa pelaku bullying adalah hasil didikan dari senior mereka yang sebelumnya. Yuk lanjut scroll artikel selengkapnya berikut ini.

Dokter Tirta.

Photo :
  • Instagram/dr.tirta
Siapa Sangka, Aruma Pernah Jadi Korban Bully

"Mereka ini hasil didikan dokter-dokter sebelumnya," kata Dokter Tirta, mengutip video YouTube Kaks Production, Senin 16 September 2024.

Menurut Dokter Tirta, para dokter terutama dokter spesialis sejak awal sudah diperingatkan tentang larangan mengkritik para senior.

Tak jarang dalam lingkup pekerjaan itu, para dokter harus mematuhi aturan yang sudah diciptakan oleh orang-orang sebelum mereka.

Sehingga, ketika ada junior yang tidak mematuhi akan terjadi tindak perundungan yang mungkin saja bukan dilakukan oleh satu orang.

"Memang dididik, kayak, bersuara itu hal tabu. Apalagi mengkritik senior. Mengkritisi orang yang lulus duluan, padahal belum tentu lebih pintar, itu hal yang cukup tabu," jelas Dokter Tirta.

Karena budaya tersebut lah, akhirnya kini banyak dokter maupun calon dokter bungkam terhadap kasus bullying yang marak terjadi dan disorot oleh publik.

Menurut Dokter Tirta, pastinya semua dokter spesialis mengetahui kasus bullying tersebut namun hanya segelintir yang berani angkat bicara.

"Harusnya semua dokter spesialis tahu dong? Kan nggak mungkin yang ngalamin cuma satu orang, bener dong? Tapi kenapa pada membantah? Kenapa yang ngomong cuma empat?" ujarnya.

Lebih lanjut, Dokter Tirta menilai yang bisa mengubah budaya bullying di lingkungan kedokteran hanya orang-orang yang berani bicara dan mengungkapkannya kepada khalayak.

Tetapi, diperlukan juga kekompakkan dan saling melindungi antar sesama dokter supaya tidak terjadi tindakan bullying yang lebih parah lagi.

"Padahal yang bisa mengubah ya masing-masing kepalanya ini. Kalau mereka niat mengawasi dengan baik, budaya itu akan hilang," kata Dokter Tirta.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya