Suka Bantah, Vincent Rompies Pernah Ungkap Kekhawatiran soal Anaknya
- Instagram @vincentrompies
VIVA Showbiz – Dunia jagat maya saat ini tengah dihebohkan dengan laporan mengenai dugaan tindak bullying atau perundungan di SMA Binus School Serpong. Salah satu terduga pelaku dari bullying tersebut adalah anak presenter sekaligus musisi Vincent Rompies.
Bicara soal sang anak, Vincent Rompies ternyata pernah curhat ke psikolog anak, Seto Mulyadi atau akrab disapa Kak Seto. Pria berusia 43 tahun tersebut mengatakan bahwa anaknya suka membantah. Scroll ke bawah untuk simak artikel selengkapnya.
Video Vincent Rompies curhat ke Kak Seto tersebut pun kembali viral di media sosial usai sang anak, FLR, terseret dugaan kasus bullying di sekolahnya. Dalam video tersebut, Vincent berbicara Kak Seto tentang perilaku anaknya. Ia menceritakan bahwa sang anak kerap kali membantah perkataan orang tua.
"Ini kayaknya anak saya mau jadi lawyer kali, ngebantah mulu, ada aja gitu jawabannya," kata Vincent yang dikutip dari YouTube VINDES pada Rabu, 21 Februari 2024.
Padahal, menurutnya pendekatan pengasuhan yang diterapkan olehnya dan istri tergolong fleksibel jika dibandingkan dengan orang tua teman-teman anaknya. Meskipun merasa bingung menghadapi sikap anaknya, Vincent memahami bahwa ini mungkin terkait dengan fase remaja dan perubahan hormon anaknya.
“Mungkin karena lagi ABG, hormonnya enggak tahu juga harus gimana, jadi komunikasinya agak ini (sulit),” lanjutnya.
Dalam merespons kekhawatiran Vincent, Kak Seto memberikan saran bahwa penting untuk melibatkan anak dalam diskusi dan perdebatan. Hal itu bertujuan agar anak bisa mandiri namun tetap bisa diajak bekerja sama.
"Jangan takut untuk melibatkan anak dalam suatu arena diskusi atau perdebatan, dengan adanya argumentasi masing-masing, intinya supaya anak mandiri tapi juga anak bisa bekerja sama. artinya, saling berdiskusi, berunding, mungkin ada satu titik tengah, win-win solution," jelas Kak Seto.
“Ibaratnya kan tarik ulur gitu. Jadi, jangan ditarik terus dan jangan diulur terus. Ada fleksibilitas gitu, ada saatnya diskusi, ada saatnya tegas kalau memang menyangkut pelanggaran norma-norma dan sebagainya,” imbuhnya.