Cerita Umi Pipik Kepalanya Terinjak-injak Saat Sujud di Tanah Suci, Nyaris Meninggal
- Dokumentasi Wwiek Muslimah
JAKARTA – Umi Pipik bercerita mengenai proses atau perjalanan yang ia lalui hingga akhirnya memutuskan untuk memakai nikab atau cadar. Umi Pipik memutuskan memakai nikab pada tahun 2016. Ada cerita menarik di balik keputusannya memakai nikab.
"Wah itu pengalamannya luar biasa. Jadi saya bernikab (bercadar) itu 2016. 2016 mau 2017. Saat itu saya Umrah sama anak-anak. Begitu Umrah, pertama di Madinah dulu, saya Umrah sama anak-anak, saya belum pakai nikab saat itu, hotel kita itu dekat bangat sama masjid, tapi kok kaki ini gak nyampe-nyampe ya. Berangkat sebelum adzan sampai adzan sampai komat," kata Umi Pipik bercerita dikutip dari tayangan di channel YouTube Alanabi Channel, Sabtu, 23 Desember 2023.
"Kan saat itu lagi Umrah, libur sekolah. Jadi jamaah Indonesia numplek di situ, ketemu foto, ketemu foto, gak sampai-sampai. Sampai kalau di Madinah kan, kalau di dalam udah full kita gak boleh salat di dalam kan. Akhirnya salatnya di halaman terus. Seperti itu saja, tapi saya gak sadar-sadar," tambahnya.
Pada saat beribadah pun, Umi Pipik merasa kurang nyaman karena ketika membaca Al-Quran, ia melihat orang-orang sudah menunggu untuk berfoto dengannya. Kemudian, saat nangis-nangis berdoa, Umi Pipik melihat ada orang yang memvideokan dirinya. Saat itu, ia mulai merasa tidak nyaman.
Umi Pipik mengalami kejadian luar biasa hingga memutuskan untuk memakai nikab. Kejadian itu berlangsung saat dirinya berada di Raudhah. Saat itu kondisi sedang penuh.
"Sampai akhirnya saya ke Raudhah itu mengalami luar biasa kejadian. Penuh banget, saya bilang sama anak-anak saya, 'nanti sampai Raudhah salat, salat aja udah jangan saling nunggu'," kata Umi Pipik. "Selesai salat selesai doa langsung keluar, karena apa kita ngasih kesempatan yang lain, kita ibadah gak boleh egois juga," tambahnya.
Saking kondisi penuh dan desak-desakan, Umi Pipik mengalami kejadian tak terduga, saat bersujud kepalanya terinjak-injak oleh orang-orang yang berlalu lalang. Umi Pipik berkali-kali mengalami kejadian itu sampai sempat kesusahan bangkit dari sujud.
"Setelah itu kepisah sama anak-anak, saking penuhnya desak sana desak sini, pas saya udah salat, di sujud terakhir saya gak bisa bangun. Saya mau bangun, naro kepala itu diinjak lagi, mau ngangkat kepala diinjak lagi, orang lewat kan," kata Umi Pipik.
"Itu kepala saya itu diinjak-injak. Saya udah bilang 'Ya Allah saya mati nih di sini nih' itu saya langsung Istighfar langsung nangis senangis-nangisnya," tambahnya.
Dalam keadaan itu, Umi Pipik menangis berdoa meminta petunjuk. Sampai akhirnya ia mendengar suara. "Saya nangis senangis-nangisnya. Udah ngebayang 'Oh ini kayaknya hari ini hari terakhir saya nih' gak bisa bangun jeduk lagi, gak bisa bangun jeduk lagi," kata Umi Pipik.
"Sampai akhirnya, entah gak ngerti kayak ada suara yang 'Kamu siapa?'," kata Umi Pipik. "Saya gak kepengin ya Allah, saya di dunia dikenal orang tapi di akhirat engkau gak kenal saya. Itu saya nyesek banget. Begitu ada suara begitu saya sakit banget," tambahnya.
Umi Pipik menangis istighfar berdoa minta petunjuk. Ia kembali mendengar suara, kali ini suara perintah menutup. Umi Pipik awalnya tidak mengerti maksud kalimat yang didengarnya itu. Ia kembali berdoa dan istihfar. Sampai akhirnya ia bisa bangkit dari sujud. Kepalanya pun terasa ringan. Saat itu, Umi Pipik tiba-tiba menemukan cadar.
"Udah benar-benar kayak ini nyawa tuh udah di deket (kerongkongan) banget. Gelap sampai semua-semuanya gelap. Sampai akhirnya, kayak ada yang bisikin gitu 'Tutup saja sudah. Kapan mau ditutup, tutup saja'. Itu tuh kencang banget di telinga saya, saya gak ngerti maksudnya itu gak ngerti," kata Umi Pipik.
"Sampai terakhir saya bisa bangun, begitu saya begini (angkat kepala) kok enteng ya. Saya langsung bangun. Buru-buru saya salam. Begitu saya mau bangkit, saya nemu cadar. Itu petunjuknya. Saya lihat cadar, ada cadar itu, saya ambil. Saya gak ngerti ya kalau ada orang yang nyari nanti saya kasihin, tapi saya bawa. Selama dari Masjid sampai hotel gak ada yang nyari," tambahnya.
Umi Pipik merasa itu jadi petunjuk, ia merenung berpikir sampai akhirnya memutuskan memakai nikab. Keputusan itu didukung oleh anak-anak Umi Pipik.