Trauma Naik Pesawat, Dikta Ungkap Sempat Alami Psikosomatis
- IG @dikta
JAKARTA – Pradikta Wicaksono atau yang akrab disapa Dikta membagikan pengalaman kurang menyenangkannya terkait perjalanan menggunakan pesawat. Sebagai penyanyi dengan jam terbang yang padat untuk tampil di berbagai daerah, Dikta terpaksa harus terbang untuk mempersingkat waktu perjalanan.
Namun ternyata, Dikta memiliki pengalaman traumatis yang masih membayanginya sampai saat ini. Yuk lanjut scroll artikel selengkapnya berikut ini.
Pesawat yang pernah ditumpangi oleh penyanyi itu mengalami penurunan oksigen drastis yang membuatnya sesak napas.
"Dulu pernah naik pesawat, pesawatnya jatuh (tekanan) oksigennya. Katanya enginenya mati, sama cabine pressure sistemnya rusak," ujar Dikta dikutip dari YouTube Sophie Navita tv, Selasa 20 Juni 2023.
"Naik, udah 'ting', ngga berapa lama tiba-tiba kuping kayak dibejek kanan kiri, tiba-tiba pramugari teriak 'mesin kanan mati', lah aku duduk di situ, langsung waah," jelas Dikta.
Setelah kejadian itu, setiap kali Dikta naik pesawat ia kembali merasakan ketakutannya. Bahkan, Dikta merasa lehernya seperti tercekik hingga membuatnya kesulitan bernapas.
Dikta pun menyadari bahwa reaksi yang muncul dari tubuhnya tersebut merupakan sebuah trauma dari kejadian mengerikan itu. Ia juga sempat bingung mengapa tubuhnya bereaksi serupa ketika berada di pesawat.
"Dari situ aku kayaknya syok berat, traumanya parah," kata Dikta.
"Ini kayak kecekik. Sampai balik ke Jakarta aku bingung, ini kenapa gue?" lanjutnya.Â
Dikta yang penasaran dengan kondisi tubuhnya itu langsung mencari jawaban dari mesin pencari di internet. Ia menemukan bahwa reaksi yang dirasakan itu mungkin termasuk dalam kategori psikosomatis.
"Aku Googling, aku cari ternyata itu psikosomatis. Naik pesawat gitu lagi (sesak napas)," kata Dikta.
"Susah napas padahal ngga kenapa-kenapa," sambungnya.
Untuk beberapa waktu, Dikta sempat kesulitan bepergian karena rasa takutnya itu. Ia juga telah berupaya untuk melawan rasa takutnya meski tidak dengan bantuan profesional dan sampai saat ini masih sering terasa.
Akhirnya, Dikta mulai bisa melawan pikirannya sendiri dan menahan kekhawatiran saat bepergian menggunakan pesawat.
"Ngga terapi sih, akhirnya bodo amat gue tonton film pesawat-pesawat yang jatuh-jatuh," kata Dikta.
"Lama-lama, sampai sekarang tetap takut, cuma mendingan lah. Dilawan aja dan kalau pesawatnya gede, aku lebih secure," tambahnya.
Bagi Dikta, menggunakan pesawat-pesawat kecil, seperti yang menuju ke pulau-pulau kecil, akan lebih menakutkan dari pada pesawat yang besar.
Sebagai alternatif, Dikta lebih memilih menaiki kapal laut meskipun akan menghabiskan lebih banyak waktu di perjalanan.