Kisah Jemimah Cita, Eks Indonesian Idol yang Dibully Rasisme hingga Ditusuk Paku Payung saat Sekolah
- IG @jemimahcita
VIVA Showbiz – Jemimah Cita penyanyi jebolan ajang pencarian bakat Indonesian Idol season 11 sempat mencuri perhatian para penggemarnya. Awal mula sosok Jemimah ramai diperbincangkan pengguna media sosial saat dirinya membawakan lagu Ungu berjudul "Cinta Dalam Hati" yang dibawakan versi dirinya.
Kemampuannya yang menyihir para juri dan penonton saat itu sempat menjadi trending YouTube beberapa waktu silam hingga memunculkan hastag #JemimahChallange.
Namun sayangnya Jemimah harus puas berada di posisi kelima dalam ajang tersebut. Yuk lanjut scroll artikel selengkapnya berikut ini.
Namun dibalik suksesnya di dunia musik, ternyata Jemimah Cita sempat mengalami perundungan saat sekolah. Hal ini diungkap Jemimah di hadapan Abdel dan Dita Fakhrana dalam program e-Talkshow tvOne belum lama ini.
Diungkap Jemimah dirinya sempat mendapat bully-an berupa verbal.
"Pasti ada si, mungkin karena anak-anak ya kita sekarang liatnya 'ya masih anak-anak' cuman waktu kita anak-anak enggak liat gitu sedih ya. Pas dulu temen-temen aku liat aku berbeda fisiknya dari yang lain lebih banyak ngatain fisiknya kayak dikatain hewan monyet, gajah," kata dia.
Tidak hanya itu saja, dia juga sempat mendapat mendapat bullyan verbal yang mengarah rasisme terlebih dengan perawakannya.
"Mereka mengiranya aku dari Indonesia Timur, even kalau aku dikira dari Indonesia Timur so apa masalahnya enggak ada masalahnya sama-sama Indonesia. Tapi mereka ngejekin 'Papua lo, Ambon' aku kayak emang kalau aku Papua kenapa orang sama-sama orang Indonesia," kata dia.
Tak hanya verbal, Jeremimah Cita juga pernah mendapat bullyan fisik ketika sekolah. Dimana saat itu dirinya yang ikut jemputan kakinya ditusuk menggunakan paku payung oleh seniornya.
"Parah banget sampai ke fisik. aku pernah duduk di jemputan di bagian belakang itu kakak kelas terus aku enggak ada tempat lagi aku terjebak selama 30 menit di jemputan dengan kakak kelas bawa paku payung ditusukkin ke kaki aku," kata dia.
Bahkan atas tindakan tersebut, luka tusukan tersebut membekas hingga saat ini.
"Sampai sekarang bekasnya. Sampai sekarang orang bilang kakinya kok kayak kotor banget tapi karena bekasnya enggak bisa hilang banyak banget tusuk-tusuk," kata dia.
Diungkap Jeremimah dirinya saat itu tidak berani melaporkan tindakan bullyan yang diterimanya. Sebab saat itu dia takut sang ibunda yang single parents jadi kesulitan.
"Aku bukan tipikal anak yang bisa ngadu sih mama mungkin tau cuman aku berusaha menutupi aku enggak mau mama stress. Mama kan single parents aku enggak mau mama udah bayar sekolah susah-susah tau anaknya dibully di sekolah itu. aku ketakutan sendiri, pas pulang enggak bisa ngomong sama mama karena aku enggak kebayang perasaannya mama tau anaknya digituin gimana jadi aku lebih diem aja," ungkap dia.
Dia mengungkap bahwa mentalnya sempat terpengaruh akibat bully tersebut. Dia bahkan mengaku baru benar-benar pulih dua tahun yang lalu saat usianya 21 tahun.
"Jadi aku baru pulih jati dirinya pas kuliah pas udah 21 tahun baru mulai pulih. Aku sekarang baru 23 baru beberapa tahun lalu baru pulih. Sebelumnya parah banget," kata dia.
Dia mengungkap bahwa lingkungan memiliki peran penting terhadap proses penyembuhannya.
"Jadi Puji Tuhan aku dikasih lingkungan yang suportif, dari SMP,SMA sampai kuliah dapat circle yang sangat positif jadi dari SMP mulai pulih karena teman aku belain aku mati-matian. Tapi kan namanya ketika gak sama temen itu yang bikin wah gila, SMA mulai kuat, Kuliah pulih jati dirinya karena lingkungan yang suportif," jelas dia.