Profil Nano Riantiarno, Seniman dan Pendiri Sanggar Teater Koma yang Meninggal Usia 73 Tahun

Nano Riantiarno
Sumber :
  • Instagram

VIVA Showbiz – Kabar duka tengah menyelimuti dunia hiburan Tanah Air, seniman legendaris Norbertus Riantiarno atau yang kerap dikenal dengan Nano Riantiarno meninggal dunia pada hari ini Jumat, 20 Januari 2023 pukul 06.58 WIB.

Indonesian Dance Festival (IDF) Digelar, Libatkan 50 Lebih Seniman dari Indonesia, Jepang Hingga AS

Kabar duka cita tersebut dibagikan oleh seniman Butet Kartaredjasa melalui akun Instagram pribadinya @masbutet. Di mana dalam unggahannya tersebut, mas butet nama sapaannya ini membagikan potret kebersamaan saat sang sahabat tengah terbaring sakit menjalani perawatan di rumahnya.

"SUMANGGA GUSTI. selamat jalan sahabat dan guruku, Mas Nano Riantiarno," tulis Butet yang diiringi banyak emoji menangis.

BNPB Sebut Ada 1 Korban Tewas Imbas Letusan Gunung Lewotobi Belum Dievakuasi, Ini Sebabnya
Korban Tewas Akibat Letusan Gunung Lewotobi Jadi 10 Orang

Terlihat, bahwa seniman Butet Kartaredjasa begitu kehilangan sosok sahabat sekaligus gurunya tersebut. Nano Riantiarno meninggal dunia di usia 73 tahun, sebelum menghembuskan napas terakhirnya dia diduga sempat menderita penyakit yang cukup serius.

Di mana Nano Riantiarno ini sempat menjalankan operasi pengangkatan tumor pada November 2022 silam. Pada saat itu keadaannya sempat membaik, namun sayang seiringnya waktu kondisinya kesehatannya semakin menurun hingga membuatnya dilarikan ke RS Dharmais.

Sepeninggalnya Nano Riantiarno ini rupanya membuat banyak publik penasaran dengan sosok serta karya-karyanya.  Selain dikenal sebagai pendiri sanggar Teater Koma, dirinya juga merupakan seniman legendaris, baik itu aktor, penulis, sutradara serta wartawan.

Daripada penasaran dengan sosok seniman legendaris satu ini, lebih baik kita simak profil dari sosok inspiratif yang sudah mengukir banyak prestasi di dunia hiburan Tanah Air in. 

Profil Nano Riantiarno

Nano Riantiarno

Photo :
  • Instagram @nanoriantiarno

Dunia hiburan kembali berduka selepas kepergian Nano Riantiarno hari ini Jumat, 20 Januari 2022. Untuk mengenang sosoknya lebih baik simak ulasan profil tentang sosoknya yang akan kami bagikan berikut ini.

Biodata Nano Riantiarno

Nama: N. Riantiarno
Nama Asli: Riantiarno
Nama Baptis : Norbertus
Nama Kecil : Nano, Jendil, Nakula
Lahir: Senin Kliwon, 6 Juni 1949, di Cirebon Parujakan, Jawa Barat.
Usia: 73 tahun
Pekerjaan: Sutradara, penulis, dan aktor.

Karier Nano Riantiarno

Ilustrasi Teater di Gaza.

Photo :
  • ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak

Sahabat Butet Kartaredjasa ini dikenal sudah aktif dan berkecimpung di dunia teater sejak tahun 1965 di kota kelahirannya yakni Cirebon. Usai dirinya menyelesaikan pendidikan SMAnya, Nano memutuskan untuk melanjutkan pendidikan selanjutnya ke tingkat yang lebih tinggi yakni kuliah di sebuah Akademi Teater Nasional Indonesia.

Tak sampai di situ, Nano juga sempat masuk sebagai seorang mahasiswa di Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara di Jakarta pada 1971. Seperti diketahui dari berbagai sumber, jika Nano Riantiarno ini sempat bergabung dengan Teguh Karya salah seorang dermawan yang turut mendirikan Teater Populer pada 1968.

Kemudian, pada 1 Maret 1977 dirinya juga mendirikan sanggar Teater Koma. Hingga saat ini sepeninggalannya, sanggar yang didirikannya tersebut masi aktif berkegiatan. Hingga 2006 yang lalu, kelompok teater ini ini sudah menggelar sekitar 111 produksi panggung dan televisi.

Karya Nano Riantiarno

Selama hidupnya, Nano sudah lama berkecimpung di dunia hiburan Tanah Air sejak lama. Jadi wajar saja jika karya-karya yang diciptakan ini sangatlah banyak. Berikut ini sederet karya Nano Riantiarno yang perlu kalian ketahui dari berbagai sumber;

  • Opera Primadona, drama - Pustaka Kartini
  • Semar Gugat, drama - Pustaka Bentang
  • Cinta Yang Serakah, drama - Pustaka Bentang
  • Opera Ikan Asin, drama - Pustaka Jaya
  • Teguh Karya dan Teater Populer - Sinar Harapan
  • Menyentuh Teater: Tanya Jawab Seputar Teater Kita, panduan teater bagi para pekerja seni pertunjukan - Sampurna (2003)
  • Konglomerat Burisrawa, drama - Teater Koma
  • Sampek Engtay, drama - Pustaka Jaya
  • Suksesi, drama - Teater Koma
  • Republik Bagong, drama - Galang Press
  • Time Bomb and Cockroach Opera, drama, diterjemahkan ke dalam Bahasa Inggris - Lontar
  • Opera Sembelit, drama - Balai Pustaka
  • Cermin Bening, novel – Grasindo (2005)
  • Maaf. Maaf. Maaf. Politik Cinta Dasamuka, drama - Gramedia (2005)
  • Fiksi di Ranjang Bayi, kumpulan cerpen dan novelet - Kompas (2005)
  • Primadona, roman - Gramedia (2005)
  • Cermin Cinta, novel - Grasindo (2006).
  • Trilogi Opera Kecoa: Bom Waktu, Opera Julini, (drama) - Maha Tari, Yogyakarta
  • Percintaan Senjat, novel. - Majalah Kartini
  • Cermin Merah, novel - Grasindo (2004)

Karya Lain Nano Riantiarno

Rupanya Nano Riantiarno tak hanya mengepakkan sayapnya di Indonesia, namun juga luar negeri. Di mana tak banyak yang mengetahui, jika seniman legendaris sekaligus pendiri teater Koma tersebut pernah menjadi sutradara dari Sampek Engtay di Singapura pada 2001 yang lalu.

Selain itu, pria yang meninggalkan banyak karya semasa hidupnya ini juga menjadi salah satu pendiri Asia Art Net, AAN (1998) sebuah organisasi seni pertunjukan yang beranggotakan sutradara-sutradara Asia.

Yang terkahir dan mungkin belum banyak yang mengetahui, jika sosok Nano pernah menjabat sebagai artistic founder dan evaluator dari Lembaga Pendidikan Seni Pertunjukan PPAS, Practice Performing Arts School di Singapura.

Penghargaan yang Diperolehnya

Memiliki keahlian dalam membuat sebuah skenario film dan televisi, menjadikan dirinya sebagai sosok inspiratif yang menghasilkan banyak karyanya selama hidup. Hal ini dibuktikan dari sederet penghargaan yang didapatnya selama hidup.

  • Di 1999 meraih penghargaan dari Forum Film Bandung untuk serial film televisi berjudul Kupu-kupu Ungu sebagai Penulis Skenario Terpuji 1999.
  • Di forum yang sama, Cinta Terhalang Tembok dinobatkan sebagai Film Miniseri Televisi Terbaik, 2002
  • Di 1993 dianugerahi Hadiah Seni, Piagam Kesenian dan Kebudayaan dari Departemen P&K, atas nama Pemerintah Republik Indonesia.
  • Pada 1998, menerima Penghargaan Sastra 1998 dari Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Indonesia.
  • Meraih Sea Write Award 1998 dari Raja Thailand, di Bangkok, untuk karyanya Semar Gugat
  • Sejak 1997, menjabat Wakil Presiden PEN Indonesia.
  • Meraih 5 hadiah sayembara Penulisan Naskah Drama Dewan Kesenian Jakarta (1972-1973-1974-1975 dan 1998)
  • Merebut hadiah Sayembara Naskah Drama Anak-anak dari Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1978
  • Novel, Ranjang Bayi meraih hadiah Sayembara Novelet majalah Femina, dan novel Percintaan Senja
  • Memenangkan Sayembara Novel majalah Kartini.
  • Pada 1993, dianugerahi Hadiah Seni, Piagam Kesenian dan Kebudayaan dari Departemen P&K, atas nama Pemerintah Republik Indonesia.

Menghembuskan Napas Terakhir di Usia 73 Tahun

Nano Riantiarno

Photo :
  • Instagram

Nano merupakan sosok yang dikenal sebagai pendiri dari Teater Koma. Dia dikabarkan meninggal dunia pada Jumat 20 Januari 2023 pada usia 73 tahun. Nano meninggal di kediamannya di Sanggar Teater Koma, Bintaro Jakarta Selatan.

Sebelum dirinya dinyatakan meninggal dunia, beberapa rekan artis senior pun turut menjenguk dan menyambangi kediamannya untuk mengetahui kesehatan sang seniman. Beberapa diantaranya yang sudah menjenguk adalah Niniek L Karim, hingga Widyawati, di Rumah Sakit Kanker Dharmais Jakarta Barat.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya