Tanggapan Psikolog soal Ria Ricis Ajak Bayinya, Moana Main Jetski

Psikolog Indah SJ
Sumber :
  • Tangkapan layar

VIVA Showbiz – Aksi Ria Ricis mengajak sang putri, Moana, bermain jetski baru-baru ini telah menuai kontroversi. Banyak yang tidak setuju dengan gaya parenting Ricis dan Teuku Ryan yang mengajak bayi melakukan aktivitas berbahaya sebelum usianya mencukupi. Terlebih lagi, Moana tampak tidak memakai pelampung saat menaiki jetski dan hanya dipeluk oleh sang ayah.

Mengenal Hernia Inguinal Umum Terjadi pada Bayi Laki-laki, Tak Bisa Sembuh Sendiri Perlu Tindakan Operasi

Salah satu psikolog, Indah SJ, yang kerap membagikan berbagai ilmu psikologi melalui akun TikToknya turut memberikan pendapat soal aksi Ria Ricis tersebut dari sudut pandang psikologi. Apa katanya? Scroll selanjutnya ya.

"Terlepas dari banyaknya pro kontra yang muncul dari apa yang ada di video tadi di sini aku mau memberikan pendapatku dari sudut pandang psikologis ya," kata @sundarindah, dikutip Senin 9 Januari 2023.

10 Kejadian Tentang Artis Indonesia yang Paling Menggemparkan Sepanjang 2024

Ria Ricis

Photo :
  • IG @riaricis1795

Dalam video yang beredar, Teuku Ryan tampak mengendarai jetski sambil menggendong Moana. Sementara tangan kanannya memegang kemudi, tangan kiri Teuku Ryan memeluk putrinya itu. Sedangkan Ria Ricis duduk di belakang sang suami sambil membawa kamera. 

Netizen Mulai Ragukan Bayi Rauf Tertukar

Dalam salah satu momen, Ryan dan Ricis tampak begitu kegirangan dan bersemangat dengan olahraga air itu namun Moana hanya terdiam sambil sesekali menutup matanya dan berpegangan erat kepada sang ayah.

Teuku Ryan pun bertanya-tanya mengapa putrinya tersebut diam dan tidak menunjukan rasa senang menaiki jetski itu.

Ria Ricis

Photo :
  • Tangkapan layar

"Di video itu, sang ayah sempat tanya ke anaknya 'kok kamu diem aja sih ngga ada ketawa-ketawanya?' Jawabannya sederhana, ya anaknya takut pak," jelas sang psikolog.

Menurut Indah, bayi seusia Mona belum bisa menguasai banyak emosi dan masih menguasai beberapa emosi dasar saja. Jadi, ketika bayi tersebut merasakan sesuatu ia akan mengekspresikannya secara langsung tanpa mengalihkannya kepada jenis emosi lain.

"Setiap manusia memiliki proses perkembangan emosi sesuai dengan tahapan dan juga usianya. Anak bayi biasanya belum memiliki perkembangan emosi secara luas dan masih memiliki emosi-emosi dasar saja seperti senang, sedih, marah, terkejut, jijik, dan takut," papar Indah.

Ria Ricis dan anaknya

Photo :
  • IG @riaricis1795

Sementara itu, orang dewasa sudah mampu merasakan berbagai emosi dan mengontrolnya dengan lebih baik. Orang dewasa juga bisa mengalihkan emosinya untuk menutupi atau mengatasi perasaannya yang sesungguhnya.

"Berbeda dengan orang dewasa yang bisa mengantisipasi perasaan takut menjadi perasaan lain seperti perasaan excited atau tertantang. Anak bayi ngga bisa begitu, kalau misalkan yang dia rasain takut ya takut aja," tambahnya.

Dalam video yang dibagikan oleh Ria Ricis tersebut, Moana tampak berpegangan erat terhadap sang ayah sambil menutup matanya. Ekspresi tersebut sangat jelas menggambarkan bahwa bayi itu sedang merasa ketakutan dan mencari tempat yang aman baginya.

"Dari video tadi jelas bisa terlihat bahwa ekspresi dan genggaman erat yang dimunculkan oleh sang bayi menunjukan bahwa sebenarnya bayi itu merasa ketakutan dengan proses yang sedang dia alami. Dia merasa tidak nyaman dan tidak aman sehingga dia kemudian berpegangan erat pada sosok yang dia rasa bisa melindungi dia," kata Indah.

Menurut Indah, secara psikologis, hal tersebut mungkin tidak akan memberikan dampak yang berarti apabila tidak dilakukan terus menerus. Tetapi jika sampai terulang lagi, maka hal itu bisa mempengaruhi proses perkembangan emosi pada sang anak dan membahayakan dirinya.

Ria Ricis dan Teuku Ryan.

Photo :
  • Instagram @riaricis1795

"Jika hal ini tidak dilakukan secara terus menerus tentu tidak akan berdampak buruk pada perkembangan psikologis khususnya perkembangan emosi seorang anak. Tapi, kegiatan yang dilakukan tentu dapat berisiko tinggi dan memunculkan bahaya bagi sang anak," jelas sang psikolog.

Maka dari itu, Indah menyarankan agar para orang tua sebaiknya mencari kegiatan yang lebih menyenangkan untuk sang bayi. Perlu diperhatikan juga risiko-risiko yang mungkin terjadi, apabila membahayakan maka sebaiknya dihindari karena akan berdampak buruk pada proses tumbu kembang anak.

"Alangkah lebih baik jika melakukan kegiatan-kegiatan yang lebih berisiko kecil dan justru membuat anak merasa lebih nyaman dan aman untuk mempelajari hal-hal yang ada di sekitarnya," katanya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya