VIVA RePlay: Kisah Noe Letto dari Ateis Masuk Islam Usai Cari Tahu Soal Setan

Noe Letto
Sumber :
  • Instagram @sinausabrangmdp

VIVA Showbiz – Tahun 2022 diwarnai oleh berbagai fenomena yang terjadi di kalangan selebriti Tanah Air. Salah satunya ada Noe Letto yang mengungkapkan pengalaman spiritualnya di mana ia pernah menjadi seorang ateis karena tidak dapat menemukan ajaran agama yang pas di hatinya.

5 Tahun Memeluk Kristen, Salmafina Sunan: Tidak Mudah, Tapi Tuhan Selalu Ada

Pemilik nama asli  Sabrang Mowo Damar Panuluh itu membongkar masa lalunya sebagai orang ateis, yaitu sebutan untuk orang-orang yang tidak percaya akan adanya Tuhan. Kemudian, suatu hari ia mencari tahu soal setan hingga akhirnya mantap memegang keyakinan.

Musisi Sabrang Mowo Damar Panuluh atau Noe Letto

Photo :
  • VIVA.co.id/ Catur Edi (Yogyakarta)
Viral, Lukman Sardi Ajak Desta Pindah Keyakinan

Noe Letto mengaku secara sadar menjalani hidupnya tanpa percaya kepada Tuhan. Ia merasa tidak memiliki ajaran agama yang baik dan pas di hatinya.

"Saya pernah ateis dalam keadaan sadar," ucap Noe Letto dikutip dari Intipseleb

Denny Darko Ungkap Nasib Hubungan Gading Marten dengan Medina Dina, Ada yang Pindah Agama?

"Saya melihat daging di badan saya, ini mililk saya atau bukan? Oh ternyata dari luar. Saya makan, jadi daging ke tubuh saya. Pengetahuan, oh saya dengar dari lingkungan, masukan dari bapak, kemudian saya akuisisi," ujar Noe Letto.

Dari situ lah timbul pemikiran bahwa apa yang dimilikinya saat ini memang sudah menjadi miliknya hingga ia menanyakan bagian mana yang merupakan pemberian dari Tuhan.

“Semua yang saya miliki adalah saya akuisisi. Dari sampean (Tuhan) itu yang mana? Makanya saya kemudian me-reset semua,” ungkapnya.

Tak disangka, usai menjadi seorang ateis, Noe Letto justru menemukan satu titik terang dalam hidupnya. Suatu ketika, ia pernah menjadi gelandangan di Kanada. Noe tidak memiliki uang sepeserpun sehingga ia harus tinggal di sebuah masjid.

Vokalis grup band Letto, Noe.

Photo :
  • Antara/ Yusnadi Nazar

"Karena pikirannya wah mati nih kalau nggak bertahan. Akhirnya mampir ke masjid. Saya bilang numpang tidur di sini boleh? Oh boleh. Dikasih kasur lipet dan bantal," ungkap pria 41 tahun itu. 

Ia pun tidur di Masjid dan mulai mendengarkan kajian yang dipimpin seorang Syekh. Dari kajian tersebut, Noe memiliki banyak pertanyan, salah satunya adalah tentang setan.

"Saya bertanya kepada Syekh. Benar nggak Tuhan Maha Adil? Karena saya melihat agama adalah sebuah sistem, valid. Tidak ada pernyataan yang berlawanan, kalau setan berkembang biak, punya anak kemudian satu detik kiamat dan belum melakukan dosa apapun, dia masuk neraka atau surga?" kata Noe Letto. 

Jawaban Syekh tersebut yang lantas membuat Noe mantap untuk memeluk agama Islam. Ia merasa tertampar dan mulai berpikir soal agama.

“Yang membuat saya masuk Islam adalah jawaban dari Syekh. Karena jawaban dia menggunakan yang logic," kata Noe. 

"Seandainya setan berkembang biaknya membelah diri gimana? Jadi makhluk yang baru pun melakukan dosa seperti makhluk sebelumnya. Wah ketampar saya di situ, berarti kemampuan saya memahami agama bukan dari limitasi agama. Tetapi limitasi pemahaman dan data yang saya miliki," ujarnya.

Noe Letto

Photo :
  • IG @letto.official

Noe Letto lahir di Yogyakarta pada 19 Juni 1979. Semasa kecil, dia harus merantau ke Lampung karena perceraian kedua orang tuanya hingga akhirnya kembali ke Yogyakarta untuk melanjutkan pendidikan di SMA Negeri 7 Yogyakarta. Setelah itu, Noe melanjutkan pendidikan di University of Alberta, Kanada. 

Noe mengikuti jejak sang ayah untuk berdakwah di Rumah Maiyah, Yogyakarta. Rumah Maiyah ini mengajarkan konsep-konsep agama yang dapat membuat laku kehidupan menjadi lebih ringan, seperti percaya kepada takdir Allah dan tidak berharap kepada manusia. Bahkan, ia yang menimba ilmu di Kanada pun meyakini bahwa sumber pengetahuan dari Al Quran. 

Bagi Noe, antara Al Quran dan sains ibarat dua sisi mata uang yang tak dapat dipisahkan. Dalam Al Quran ada beratus-ratus ayat yang menyebut tentang ilmu pengetahuan dan sains.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya