Finalis SUCI X, Bagikan Perjuangan Menjadi Seorang Komika
- VIVA: Surya Aditiya
VIVA Showbiz – Ajang pencarian bakat Stand Up Comedy Indonesia (SUCI) yang tayang di Kompas TV, sudah memasuki babak 4 besar. Ajang yang digelar untuk mencari bakat komika baru ini ternyata tidak semudah yang dibayangkan.
Keempat finalis SUCI X Kompas TV tahun 2022 ini menceritakan perjuangan dan rintangan demi menjadi seorang komika hebat dan terkenal hingga rela meninggalkan keluarga. Penasaran dengan kisah mereka? Yuk simak artikel berikut ini. Scroll ke bawah!
Perjuangan Finalis SUCI X
Empat finalis SUCI season 10 tahun 2022 menguak fakta baru di balik panggung kompetisi yang kini semakin sengit. Yono, Gautama, Dwik dan Chris mampu mengalahkan sejumlah finalis lainnya. Di balik itu semua, ternyata mereka memiliki banyak cerita menyedihkan dalam proses menjadi seorang komika.
"Kalau selama SUCI ini yang bikin saya sulit lupa itu harus pulang pergi ke Jepara untuk ketemu sama anak dan istri. Soalnya biasanya kan gak pernah jauh dari mereka. Nah semenjak ini saya jadi dua minggu sekali pulangnya, karena gak kuat capeknya. Capeknya itu bikin materi, tiap minggu bikin materi,” ujar Gautama finalis SUCI X, di studio VIVA.co.id Pulo Gadung, Kamis, 20 Oktober 2022.
Berbeda dengan Yono, komika asal Samarinda itu justru lebih tertantang saat dirinya harus membuat materi stand up dengan waktu yang singkat namun harus tetap dapat menghibur penonton.
“Kalau yang sulit dilupakan di SUCI X ini, setiap minggu kita berjuang, karena dalam waktu seminggu kita harus bikin materi lima menit, emang difikiran banyak orang itu emang kelihatannya itu gampang, tapi kalau kita yang jalanin berat banget, Apalagi kita harus dapat respon ketawa dari penonton, itu yang berat banget ya selama di SUCI," kata Yono.
Dapat dukungan penuh dari keluarga.
Dengan mengikuti kompetisi nasional yang ditonton masyarakat Indonesia, para finalis SUCI X ini mengaku mendapat dukungan penuh dari keluarga. Yono mengungkap bahwa dirinya sempat mendapat penolakan menjadi komika dari sang ibu namun kini berbalik menjadi dukungan.
“Awalnya orang tua aku waktu awal aku merantau itu melarang, mereka bilang ‘gapapa gak punya uang asal ngumpul’, karena dahulu mereka udah ngerasain umur 14 tahun merantau dari Jawa ke Samarinda jadi dia tahu rasanya ngerantau kayak gimana, makanya mereka ngelarang," tutur Yono.
"Tapi aku bilang aku mau jadi diriku sendiri boleh kan, aku menentukan jalan hidupku, dan akhirnya dibolehin," tutupnya.