Bahas KDRT Lesti Kejora, Najwa Shihab: Harus Percaya Korban!
- Instagram @najwashihab.
VIVA Showbiz – Kasus kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) yang dialami Lesti Kejora mengejutkan publik di Indonesia. Kasus yang dilakukan oleh suaminya Rizky Billar ini pun menjadi perbincangan hangat selama beberapa hari terakhir.
Topik KDRT pun menjadi pembicaraan di mana-mana. Kasus yang dialami Lesti Kejora dianggap menjadi pemantik bagi korban kasus serupa untuk bisa bertindak melaporkan kejadian yang dialami mereka. Terus scroll ya.
Demikian juga yang disuarakan Najwa Shihab dalam salah satu acaranya bersama kakak beradik Jovial dan Andovi Da Lopez. Jovial pertama-tama menyinggung bahwa keberanian Lesti Kejora melapor karena secara finansial dia aman.
"Mungkin ya mungkin ini hanya pandangan, secara finansial dia aman nih kalau lepas dari Rizky Billar. Kan banyak korban lain emang bukan the breadwinner (pencari nafkah). Kalau mereka lepas dari hubungan ini, walaupun se-abusive apapun hubungan ini, mereka bingung cari makanan besok gimana," ujar Jovial.
Dia pun melanjutkan bahwa KDRT yang dialami Lesti atau perempuan lain memiliki dinamika yang sangat kompleks. Meski begitu, dia memuji keberanian Lesti untuk melapor ke polisi.
"Itu bisa menjadi domino efek ke depannya, bagi orang lain yang mengalami hal serupa untuk berani," tegas Jovial.
Najwa pun sependapat dengan Jovial karena tidak mudah bagi korban kekerasan dalam rumah tangga untuk bisa bereaksi seperti Lesti.
"Karena terkadang di korban kekerasan rumah tangga itu selain jadi korban secara fisik, psikis, juga karena itu dia merasa gak punya pilihan. Mau pergi kemana? Terus udah gitu ngadu ke orang terdekatnya itu gak dipercaya dan sebagainya dan akhirnya terus berada dalam siklus kekerasan itu," urai Najwa.
"Makanya aku selalu bilang kalau ada orang yang cerita soal kekerasan yang dialami, default pertama kita sebagai pendengar itu harus percaya pada korban. Jadi reaksi pertama kita itu, 'Saya percaya sama kamu', 'Bukan salah kamu', 'Kamu gak layak dan gak ada orang yang layak berada dalam situasi ini'," sambung Najwa.
Kemudian, lanjut Najwa, kita harus memvalidasi perasaan korban. Karena, Najwa pernah berbicara dengan seorang psikolog yang mengatakan bahwa korban kekerasan itu memiliki perasaan yang campur aduk.
"Mereka marah, mereka takut, di satu sisi mungkin mereka masih cinta sama pasangannya, berharap pasangannya mau berubah pikiran atau berubah sikap. Jadi pasti perasaannya tuh terombang-ambing. Dia bingung mesti gimana, jadi sebagai pendengar kita default-nya percaya sama korban karena berat banget buat korban bicara," tambah Najwa.