Andrew Garfield Puasa Seks Hingga Laparkan Diri Demi Akting
- AP
VIVA Showbiz – Sebagai bagian dari metode aktingnya, Andrew Garfield melalui pengalaman imajinatif dengan puasa seks hingga membuat lapar diri sendiri.
Untuk mempersiapkan perannya sebagai pendeta Jesuit di abad ke-17 dalam film misionaris tahun 2016 karya Martin Scorsese, Silence, yang juga menampilkan Liam Neeson serta Adam Driver, Andrew Garfield menjalani hidup tanpa hubungan seks dan makanan.
"Aku melakukan banyak sekali praktik spiritual setiap hari, aku menciptakan ritual baru, aku menjadi selibat selama enam bulan dan aku puasa banyak sekali," kata Andrew Garfield pada podcast WTF with Marc Maron.
Andrew Garfield
- Instagram @andrewgarfield.87
"Itu sangat keren, bung. Aku mengalami beberapa pengalaman yang cukup liar, memabukkan dari berpuasa seks dan makanan saat itu," lanjutnya.
Selain itu, dikutip laman Aceshowbiz, Andrew juga menghabiskan satu tahun belajar sebagai persiapan film 'Silence' di bawah penulis Jesuit Pastor James Martin, yang membantu sang aktor melakukan riset keyakinan Katolik.
Aktor itu menambahkan mengenai pengorbanan yang membuahkan nominasi Oscar sebagai aktor terbaik pada 2017, atas aktingnya sebagai Sebastio Rodrigues dalam 'Silence'.
"Ada banyak sekali miskonsepsi mengenai apa metode akting itu, aku rasa. Orang-orang masih berakting seperti itu, dan itu tidak mengenai menjadi brengsek kepada semua orang di lokasi," katanya.
"Ini sebenarnya mengenai hidup sejujurnya di bawah situasi yang dibayangkan dan menjadi sangat baik kepada kru terus menerus dan menjadi manusia normal dan mampu merendah ketika diperlukan dan menjadi seperti itu jika ingin seperti itu," tambahnya.
Andrew Garfield.
- AP
Andrew baru-baru ini memberi tahu bahwa teknik tersebut mungkin punya efek pada dirinya, mengatakan bahwa dia mundur dari Hollywood untuk menjadi orang biasa sementara waktu. "Aku akan beristirahat sebentar," katanya kepada Variety.
Angga Yunanda Sebut Orang Jakarta Seram, Apa Alasannya?
Angga Yunanda mengaku bahwa kesan awalnya terhadap orang Jakarta adalah “seram-seram.” Apa alasannya?
