Beda Usia, Intip Kunci Pernikahan Harmonis Fardhan-Mikaila Patritz
- ist
VIVA Showbiz – Mikaila Patritz memilih untuk menikah muda dan menautkan hatinya pada Muhammad Fardhan, yang usianya cukup jauh dengannya. Namun, Fardhan dan Mikaila sendiri memiliki trik agar membuat pernikahannya tetap harmonis meski banyak perbedaan.
Dalam Kampanye #SpeakUpforLove oleh Close Up, artis dengan wajah bule itu mengaku bahwa berbagai kerikil yang merintangi hubungannya sudah ada sejak ia pacaran hingga menikah dengan Fardhan, salah satunya usia yang terpaut enam tahun.
Tetapi, Mikaila menegaskan bahwa pernikahannya bisa tetap harmonis dengan mengedepankan komunikasi dan saling mendengarkan.
"Komunikasi. Bahas semua jangan dipendam. Tips yang selalu ada, dari pacaran, jika ada sesuatu yang salah, ngomong, sampai selesai. Nggak mau tidur kalau dalam kondisi nggak bisa peluk-pelukan," beber Mikaila, dalam acara Close Up, di Jakarta, Selasa 9 Agustus 2022.
Bintang Ganteng-Ganteng Serigala itu menuturkan bahwa perbedaannya dengan Fardhan tak hanya dari sisi usia namun juga ras.
Mikaila merupakan keturunan bule dari ayahnya dan darah Solo berasal dari ibunda. Meski awalnya sang ibu sempat syok saat Mikaila mengenalkan Fardhan, namun pada akhirnya kekhawatiran sang ibu dapat diredam.
"Pas nikah, aku bilang ke keluarga kita, ngga mau buat acara. Nggak mau keluar duit satu perakpun karena kita sama-sama merintis. Aku punya tabungan, kita bagi mau beli mobil dan cicil rumah karena itulah yang paling utama. Biar mereka pikir kita punya future nih," ujar artis 26 tahun itu.
"Mereka mungkin panik, nanti hidup kita punya anak langsung, hidupin anak dengan apa. Karena kita udahh pikirkan ekonomi dari awal, jadi mereka nggak masalah," imbuh ibu satu anak itu.
Senada dengan Fardhan, sejak awal pacaran pun selalu menunjukkan sikap menghormati orang tua Mikaila. Di sisi lain, latar belakang ekonomi Fardhan pun tak dipermasalahkan selama misi ke depan untuk menjalani pernikahan bisa lebih baik.
"Dari awal pacaran, nunjukin ke calon mertua, ngomongin soal bebet, itu terkait latar belakang ekonomi, untungnya keluarga kita nggak masalah. Yang penting visi lo apa, mereka bisa lihat kita sebagai laki-laki bertanggungjawab," jelas Fardhan.
Konsep tersebut disetujui oleh Psikolog Klinis dan Peneliti Relasi Interpersonal, Pingkan C. B. Rumondor, M.Psi., bahwa berkomunikasi dengan pasangan harus sesuai realita agar pernikahan bisa harmonis.
Tentu, ini diimbangi dengan mendengarkan kekhawatiran orang tua sehingga calon pengantin bisa menunjukkan hal yang meyakinkan agar mendapat restu.
"Hal realistis, komitmen pernikahan seperti apa. Kalau omongan cuma umum aja kadang bingung komitmen hubungan seperti apa. Sepaket dgn speak adalah listen. Dengerin dulu kekhawatiran orangtua apa yang nggak setuju," imbuhnya.
"Kalau concern ekonomi atau adaptasi. Itu yang dibuktikan. Oh mama takut kita nggak cukup ekonomi, kita dengerin dan bilang punya tabungan segini,” ucap Pingkan.
“Takut adaptasi, takut nggak bisa lakukan upacara-upacara adat saat ada anak, misal kita nggak keberatan dengan itu selama ada budgetnya. Dengerin dan tunjukan kalau kekahwatiran itu nggak akan terjadi," sambung Pingkan.