Kepala Desa Ini Ungkap Lokasi dari Cerita KKN Desa Penari
- MD Pictures
VIVA – KKN Desa Penari, menjadi film horor yang berhasil menyita perhatian publik. Film yang dibintangi oleh Adinda Thomas, Achmad Megantara, Aulia Sarah hingga Tissa Biani ini berhasil mencetak rekor sebagai film horor dengan meraih 8 juta penonton hingga akhir Mei 2022 lalu.
Film KKN di Desa Penari ini diketahui diangkat berdasarkan thread viral di Twitter pada 2019 oleh akun bernama Simpleman. Kisahnya tentang petaka sekelompok mahasiswa yang melaksanakan KKN (Kuliah Kerja Nyata) di sebuah desa terpencil.
Di tengah boomingnya film ini, publik masih mencari tahu kebenaran dari cerita KKN Desa Penari, terutama soal lokasi di mana peristiwa itu terjadi.
Sebab, pihak Production House yang memproduksi film tersebut juga menyembunyikan daerah tersebut. Namun baru-baru ini seorang kepala desa angkat bicara.
Sang kepala desa mengungkap dimana lokasi dari cerita KKN Desa Penari tersebut, yakni di desa Bayu, Banyuwangi, Jawa Timur.
"Ternyata itu betul ada orang dari Surabaya dari itu orang 11 yang sedang KKN di desa Bayu," kata dia mengutip akun gosip @insta_gosip.
Dari belasan orang tersebut, ada dua orang yang ceritanya mirip seperti film KKN di Desa Penari. Mereka masuk ke hutan dan melakukan perbuatan tak senonoh.
"Yang perempuan dan laki ini pisah masuk ke hutan di dalam hutan itu dia sampailah ke Darungan dari situ informasi dari kawannya dia melakukan hubungan yang gak senonoh," ujar dia.
Saat di jalan pulang keduanya, kata kepala desa itu mampir ke sebuah rumah. Di rumah itu keduanya kemudian disuguhkan sebuah bungkusan makanan dari daun pisang yang ternyata ketika dibuka adalah kepala kera.
"Kemudian dia pulang dari rumah itu (di tengah jalan) dia disuruh mampir sama orang. di dalamnya itu katanya di rumahnya it seperti istana banyak makanan banyak tari-tarian. Setelah itu dibuka dari daun pisang ini katanya dari informasi katanya kepala kera sehingga orang yang dua itu dia kaget, pingsan kemudian dia sakit dibawah ke balai desa," ujar dia.
Selama tiga hari di balai desa itu keduanya masih belum sehat dan keduanya pulang. Setelah dua tiga bulan kemudian dua orang tersebut disebut-sebut meninggal.
"Sampai tiga hari dinganu itu enggak bisa dia itu pulang. informasi yang ditangkap katanya setelah dua tiga bulan dua orang ini katanya meninggal," kata kepala desa itu.