Kejadian Mistis Aneh Dialami Hesti Purwadinata saat Naik Gunung Lawu
- YouTube
VIVA – Hesti Purwadinata dan sang suami, Edo Borne belum lama ini membagikan momen pendakian ke Gunung Lawu, Jawa Tengah. Dalam pendakiannya bersama sang suami dan teman-temannya, ada kejadian mistis yang dialami oleh mereka.
Hesti, suami dan teman-temannya merasakan hujan lebat saat pendakian di Gunung Lawu. Karena hujan lebat yang tak kunjung reda dan dua temannya sakit, mereka memutuskan untuk bermalam di pos 4. Dari keterangan yang diungkap Hesti di channel YouTube-nya, pos 4 merupakan tempat yang seharusnya tidak boleh digunakan untuk bermalam, lantaran kondisi angin yang kencang.
Sayangnya, keesokan harinya, Hesti, Edo dan teman-temannya memutuskan untuk turun dan tidak melanjutkan pendakian hingga puncak Gunung Lawu. Mereka juga sempat membuat tenda di pos 3 untuk beristirahat sejenak dan mengisi perut.
Menurut Hesti Purwadinata, saat itu ia, suami dan rekan-rekannya mendaki di malam jumat.
"Kita nanjak malam Jumat di Gunung terseram di Indonesia katanya," kata Hesti Purwadinata dikutip dari channel YouTube-nya, Rabu, 23 Februari 2022.
Lebih lanjut, salah satu rekan Hesti Purwadinata, yakni Dede yang pernah mendaki Gunung Lawu itu tiba-tiba sempat drop saat menanjak. Hesti mengungkap bahwa kala itu Dede merasa carier yang dibawanya begitu berat.
"Padahal dia udah biasa lewat jalur itu dan bawaannya lebih berat dari sebelumnya. Dia ngerasa tiap naik badannya berat banget, kayak ada yang ngegelendot," ungkap Hesti.
Saat berada di pos 3, hujan kemudian berhenti, Hesti, Edo dan teman-temannya memutuskan untuk melanjutkan perjalanan ke pos 4. Namun, baru 10 menit perjalanan, hujan kembali mengguyur kawasan Gunung Lawu dengan lebat dan kabut.
Hesti kemudian mengutarakan bahwa perjalanan mereka menuju pos 4 harus dihentikan sejenak jika adzan Maghrib berkumandang. Momen janggal pun kembali dialami Hesti dan rekan-rekannya.
"Kita putusin berhenti, diam. Adzan beres. udah jalan lag. Pas jalan, Dede teriak dia denger adzan cuman bertiga pas kita lihat jam belum adzan. Kita baru tahu pas di villa. Kita lanjut, tuh gentengnya pos 4 mana genteng. Edo liat kubah masjid. Kan enggak ada di atas. Itu pas kita mau maghrib," jelas Hesti.
Saat mendaki menuju pos 4, Hesti dan Edo serta teman-temannya bertemu dengan burung jalak. Burung jalak itu ternyata membantu mereka sampai ke pos 4.
"Kita ketemu burung jalak di persimpangan jalan. Burung jalak jalan nungguin kita di depan. Katanya kalau ketemu jalak, katanya baik. Kita ikutin. Kita sempet berhenti ditungguin jalak, burung jalak sampai ke pos 4," kenang Hesti.
Mereka kemudian singgah di pos 4. Di pos empat itu sendiri, kata Hesti, sudah diperingatkan oleh petugas setempat untuk tidak boleh disinggahi apalagi untuk bermalam. Sebab, anginnya begitu kencang. Di lokasi itu juga diketahui banyak pendaki yang mengalami hipotermia.
Namun, lantaran teman Hesti dan Edo sakit, mereka kemudian memutuskan untuk bermalam di pos 4 tersebut.
"Terus kita keluarin sleeping bag, tapi kan enggak boleh. Enggak apa-apa, kita permisi aja. Gue ini tuh takut. Kita angetin diri," ungkap Hesti.
Saat bermalam di pos 4, Hesti Purwadinata, Edo Borne dan rekan-rekannya mengalami sejumlah kejadian mistis. Di mana Hesti mendengar suara gamelan dan suara musik dangdut.
"Gue diam tiba-tiba denger suara gamelan. Kok ada suara gamelan? Suaranya jelas banget, tapi gue simpan, diam. Abis itu dengar suara dangdut. Di luar lampu terang, ada suara dangdut. Gue takut ngomong. Menjaga jangan samaie kasar di gunung. Pokoknya jaga banget. Gue coba berusaha tidur," cerita Hesti.
Di sisi lain, Edo juga mengalami kejadian mistis saat berada di pos 4. Dirinya sempat kebelet buang air kecil pada pukul 2 pagi. Dia yang juga merasa takut kemudian keluar dan buang air kecil. Namun, setelah kembali masuk ke sleeping bag-nya, Edo merasakan hal aneh.
Edo bahkan melihat tiga sosok orang yang membuatnya takut.
"Engap gue, terus deg-degan, ‘Kenapa gini?'. Abis deg-degan, sesak napas, tutup sleeping bag, muka cewek. Ada tiga. Gue tahu itu malam Jumat. Ada sosok yang tiba-tiba di pintu gue bilang 'Jangan-jangan'. Keluar lagi bapak-bapak, ada satu lagi anak-anak. ‘Jangan dong, jangan ganggu. Gue enggak ganggu. Di sini ada yang sakit'. Gue ngomong tuh di dalam hati," kata Edo menjelaskan.
Pagi harinya, Hesti Purwadinata kemudian terbangun dan bercerita kepada teman-temannya. Dia sempat bermimpi melihat sosok petugas di Gunung Lawu yang memperingatkannya untuk tidak bermalam di pos 4.
"Dia buka bedeng kok, buka di sini," kata Hesti.
Hesti, Edo dan rekan-rekannya kemudian memilih untuk tidak melanjutkan perjalanan mereka. Mereka kemudian memutuskan untuk turun. Saat turun menuju pos 3, teman mereka, yakni Dede tiba-tiba saja kembali ceria.
"Kita turun dua anak itu sehat. Ada apa sesungguhnya mereka enggak tahu. ‘Pas gue ke atas, carrier gue kayak digondolin.’ Mungkin fisik lo belum siap. Gue bilag gitu," kata Hesti Purwadinata.
Hesti dan sang suami, Edo serta rekan-rekannya kemudian bisa turun dengan selamat. Mereka kemudian membersihkan diri di villa dan berisitirahat. Saat di vila, penjaga perempuan villa itu sempat menangis dan mengungkapkan apa yang dia lihat di Gunung Lawu.
"Pas sampe vila mbak yang jaga vila tiba-tiba nangis, katanya lihat Gunung Lawu dari bawah ditutupin awan hitam di puncaknya bulat hitam. Mereka tahajud buat kita, karena pasti ada badai kalau awan hitam. Tapi beberapa bilang saat itu lagi badai dan seminggu itu memang lagi badai, gagal muncak," ungkap Hesti.