Isu Pelecehan Seksual Kru Penyalin Cahaya, Hannah Al Rashid Buka Suara
- Instagram @hannahalrashid
VIVA – Kasus pelecehan seksual diduga dilakukan oleh salah satu kru film Penyalin Cahaya (PC) membuat banyak orang merasa begitu miris. Apalagi karena film ini mengangkat tema kekerasan dan pelecehan seksual.
Namun, bagi aktris Hannah Al Rashid, kasus ini begitu membuatnya hancur. Dalam utas di akun Twitter pribadinya, bintang film Hafalan Shalat Delisa itu mengaku merasa miris dan 'tertipu' lantaran sempat menjadi salah satu narasumber untuk penulisan skenario film tersebut.
Bukan tanpa alasan, film tersebut mengangkat kisah terkait pelecehan seksual yang sejatinya sebagai 'modal' untuk perjuangan para penyintas namun 'dinodai' dengan kasus yang dilakukan oleh krunya, yang diduga merupakan salah satu penulis skenario, Henricus Pria.
Kabar ini sontak mengejutkan banyak pihak, termasuk pemain film Critical Eleven itu.
"(Kasus pelecehan seksual) Kabar berita ini telah menghancurkan saya. Sebagai penyintas, yang ikut berbagi pengalaman pribadi dalam proses awal film ini, sangat memilukan dan membingungkan mendengar berita ini," ujar model 35 tahun itu, dikutip VIVA, Kamis, 13 Januari 2022.
Mekanisme dalam dirinya yang masih terkejut itu kemudian berusaha memilah dengan berpikir secara bijak dan fokus pada masalah dibanding apa yang dirasakan. Sebab, Hannah awalnya merasa sangat percaya bahwa konsep film Penyalin Cahaya memiliki tujuan yang baik.
"PC adalah upaya kolaboratif dari banyak orang yang tulus dan berniat baik, yang seperti saya tidak menyadari kejadian ini. Saya yakin kita semua tahu bahwa film ini dapat dan harus menjadi alat bagi jutaan orang," jelasnya.
Namun, Hannah Al Rashid merasa kabar pelecehan seksual itu membuatnya merasa tersakiti, khususnya ketika menempatkan diri sebagai penyintas. Perasaannya yang campur aduk meluap tanpa bisa fokus pada masalah yang ada.
"Sebagai penyintas sendiri, saya tahu betul pentingnya hal ini. Jadi berita ini mengejutkan, membingungkan, menyakitkan, tetapi juga merupakan pelajaran berharga. Akankah PC ternoda bagi sebagian orang sekarang? Sangat mungkin. Apakah boleh jika Anda marah, bingung, terluka, merasa dikhianati? Sangat," tuturnya lagi.
Pemain film Buffalo Boys itu lantas menegaskan sudah kerap kali menyuarakan keresahan akan isu pelecehan seksual di industri hiburan. Akan tetapi, seringkali justru respons negatif didapatkan oleh para penyintas sehingga enggan untuk bisa bersuar, meski sakitnya begitu terasa.
"Beberapa alasan mengapa banyak dari kita tidak angkat bicara adalah karena 1. Tidak ada forum atau ruang yang jelas/aman bagi kita untuk melakukannya 2. Terlalu banyak orang yang sudah tahu dan tetap diam. Keheningan itu melumpuhkan. “Kebisingan” dan spekulasi hari ini sama-sama melumpuhkan untuk jujur," imbuhnya.
Lebih dalam, Hannah Al Rashid mengakui bahwa sutradara Penyalin Cahaya, Wregas Bhanuteja sendiri sudah meminta maaf secara pribadi padanya atas kasus pelecehan seksual tersebut. Hannah pun merasa bahwa Wregas sudah merespons dengan tepat, namun pasti itu tak cukup bagi banyak orang.
Diketahui bahwa tim Penyalin Cahaya langsung mencoret nama kru yang diduga terlibat kasus pelecehan seksual, dari film tersebut.
"Saya menghargai upaya Wregas untuk mengoreksi kesalahan. Sebagai seseorang yang telah berbicara banyak dengannya minggu lalu, saya menerima permintaan maafnya kepada saya secara pribadi, saya menghargai usahanya dalam melakukan yang lebih baik, dan saya akan melakukan bagian saya dalam meminta pertanggungjawaban atas tindakannya di masa depan," terangnya.
"Pernyataan itu mungkin tidak cukup untuk semua orang (saya masih tidak yakin apakah itu cukup untuk saya). Tetapi mengingat keheningan yang memekakkan telinga tentang masalah ini di industri ini, upayanya adalah langkah maju, dan itulah yang kita butuhkan saat ini," beber istri Nino Fernandez itu.
Terakhir, Hannah Al Rashid berharap agar banyak penyintas yang mau ikut menyuarakan masalah kekerasan seksual yang dialami, terutama di industri hiburan. Di sisi lain, Hannah meminta agar respons masyarakat terhadap korban harus bisa mendukung secara positif sebagai dukungan moril.
"Tanggung jawab dan akuntabilitas harus jelas; Percaya korban. Sanksi predator. Dampak dari pemberitaan ini saya yakin sangat terasa, khususnya bagi para penyintas. Periksa dengan teman Anda, tanyakan apakah mereka baik-baik saja. Jika Anda seorang penyintas yang membaca ini, saya harap Anda baik-baik saja. Apa pun yang Anda rasakan, itu sah-sah saja," pungkas pemain film Gundala itu.