Sebut Jam Sekolah Kepagian, Jerome Polin Ingin Jadi Menteri Pendidikan
- Tangkapan layar YouTube Deddy Corbuzier
VIVA – YouTuber Jerome Polin menuturkan mimpinya untuk kelak nanti dirinya bisa menjabat sebagai Menteri Pendidikan. Hal tersebut pun diungkapkan saat Jerome tampil dalam Podcast Close The Door di channel YouTube Deddy Corbuzier, yang mulai tayang pada Sabtu 4 Desember 2021.
Dari penuturannya tersebut, pria yang menempuh pendidikan perguruan tinggi di Universitas Waseda Jepang tersebut tersiratkan sekelumit kritik terkait sistem pendidikan di Indonesia.
"Jadi dia ini punya cita-cita jadi Menteri Pendidikan.. weh mantap! saya mendukung," ucap Deddy Corbuzier.
"Sebenernya om, itu cuma mimpi gitu lho.. Kayak pengennya kontribusi untuk pendidikan Indonesia, jadi gak harus jadi menteri juga nggak apa-apa gitu. Tapi kalau nanti dipercaya jadi menteri, aku siap gitu lho," ungkap Jerome Polin.
"Karena kan jadi menteri itu bukan sesuatu yang bisa di achive gitu, itu kayak dipilihkan, bukan prestasi," tambahnya.
"Berarti menteri sekarang tidak ada.. (prestasi)??" sahut Deddy Corbuzier bertanya.
"Wuaahhh, bukan kesitu sih hehe, jangan dipelintir dong om haha, kita tidak ngomongin itu," jelas Jerome Polin.
Selepas itu, Jerome pun diminta oleh master Deddy untuk mengkritik tentang kondisi pendidikan di Indonesia.
"Sebenernya apa yang sekarang sedang diusahakan sama pak Nadiem itu mostly bagus banget sih, banyak yang setuju," kata Jerome.
Selain itu, Jerome juga mengkritisi tentang terlalu paginya jam masuk sekolah di Indonesia. "Itu yang saya garis bawahi, peta pendidikan di Indonesia, yang masih saya garis bawahi adalag cepatnya masuk jam sekolah," ujarnya.
YouTuber ini pun membandingkan jam masuk sekolah di Indonesia yang dimulai pada jam 06.30 WIB dengan masuk sekolah di Jepang yang dimulai pada jam 8 atau 9 pagi.
"Jadi bangunnya harus jam setengah 5 pagi, kalau masuknya jam 06.30 WIB, kalau rumah jauh dari sekolah ya berangkatnya jam 05.30 WIB (setengah 6 pagi)," ungkapnya.
Selain jam masuk sekolah terlalu pagi, sebut dia, pulangnya juga terlalu sore. "Akibatnya, siswa-siswa di negeri ini tidak mudah mengeksplor diri sendiri, mereka tidak bisa lakukan itu," jelas dia.
Lebih lanjut cowok 23 tahun itu pun menurutkan bahwa kondisi tersebut menjadi sangat dilema untuk sekolah di Indonesia.
"Jika dibanding sekolah di Finlandia, siswa-siswa di sana sadar akan terus belajar, minat belajarnya tinggi-tinggi, sehingga di luar sekolah mereka juga belajar, baca buku, dan sebagainya," tegas Jerome.