Perjuangan Bella Saphira Jadi Mualaf, Sempat Dimusuhi Keluarga
- Instagram/bellasaphiraofficial
VIVA – Aktris kenamaan Bella Saphira diketahui memutuskan untuk berpindah keyakinan. Bella Saphira mantap untuk menjadi mualaf pada tahun 2013 lalu. Dia mengucap syahadat di Masjid Istiqlal Jakarta Pusat.
Imam Besar Masjid Istiqlal, Prof. Dr. KH. Ali Musthafa Yakub memimpin proses keislaman Bella. Tidak lama setelah menjadi mualaf, Bella Saphira menikah dengan sang suami yang berprofesi sebagai tentara yakni Agus Surya Bakti.
Namun, perjuangan Bella untuk menjadi mualaf mendapatkan tantangan yang cukup berat. Bella mengaku sempat dimusuhi oleh keluarganya terutama orang tuanya.
“Dimusuhi kan situasi ya, tapi kan batin, hati, cinta, kepala, isi kepala orang tua itu kan tidak membenci kita. Cuman pada saat tersebut, saya sudah punya keyakinan 50 persen itu, bahwa dalam rumah tangga saya aja mereka satu, tidak ada perbedaan,” tutur Bella Saphira di YouTube Venna Melinda.
Bella Saphira mengakui mengalami pertentangan dengan keluarga. Namun, seiring dengan doa, Allah kemudian menunjukkan jalan-Nya.
“Pasti ngalamin saat itu, kok saya yakin kepada setiap pribadi, Allah itu punya jalan yang berbeda. Memang tidak pada semua orang hal itu bisa diizinkan, dimuluskan dan itu tergantung pada saat kita ibadah, berdoa,” ujarnya.
Bella juga mengungkapkan pengalamannya ketika pertama kali menjadi seorang mualaf. Kala itu, dia masih setengah-setengah yakin pada kepercayaannya. Namun, ia tetap yakin memeluk agama Islam karena sudah mengenal kepribadian sang suami. Bella juga ingin mengubah hidupnya bersama suami.
"Saya banyak melalui dan menelan gitu. Kita telen aja gitu lho dan setengah gelap sih waktu itu. Bukan gelap tapi saya punya keyakinan itu 50 persen, 50 persennya lagi adalah yakin aja gitu. Yakin bahwa ini akan saya jalani. Ya itu kita punya modal mungkin karena kita sudah banyak melihat ya," katanya.
Bella pun menegaskan alasannya pindah agama. Dia mengatakan, memeluk Islam adalah keinginannya sendiri. Dia mengaku tidak ingin jika rumah tangganya diwarnai perbedaan yang dapat menimbulkan potensi masalah ke depannya.
"Kenapa saya berpindah keyakinan, saya lahir, tumbuh besar dididik oleh seorang perwira, kakek saya juga perwira. Jadi dalam rumah tangga itu satu kesatuan itu adalah harus, nakhodanya si ayah, si ibu ini navigator. Kalau rumah, ayah itu atap, ibu itu tiangnya, jadi ibu itu empat kaki harus kuat, ayah itu menaungi kita, dan itu harus sama, seiya sekata," ungkap dia.