Pengakuan Para Korban Ji Soo, Di-bully dan Dilecehkan Secara Seksual

Aktro Korea Selatan Ji Soo.
Sumber :
  • Instagram/actor_jisoo

VIVA – Baru-baru ini acara MBC, True Story menyiarkan wawancara para korban kekerasan dan pelecehan yang diduga dilakukan oleh aktor Ji Soo. Setidaknya ada lebih dari lima korban kekerasan dari tingkat Sekolah Dasar hingga Sekolah Menengah yang angkat bicara tentang perundungan yang diduga dilakukan oleh Ji Soo.

Zaidul Akbar Ungkap Penyebab Galau dan Cemas, serta Makanan untuk Anak Cerdas dan Stabil

Korban pertama, yang selanjutnya disebut A menjelaskan bagaimana ia trauma terutama saat melihat Ji Soo tersenyum di depan kamera. Dia menyebut, senyuman pria kelahiran 1993 itu mengingatkannya pada momen kekerasan yang dialaminya saat sekolah dulu.

"Sangat sulit bagi saya untuk melihatnya di TV. Saya tidak pernah bisa melihat langsung wajahnya. Saya masih ingat cara dia tersenyum saat (saya) di-bully, tapi melihat senyuman itu di TV?" ujar A dikutip dari laman Koreaboo, Senin, 22 Maret 2021.

Respons Kekerasan Pemukim Ilegal Israel kepada Warga Palestina, AS Hanya Nyatakan "Prhatin"

Selain A, korban bullying lainnya di Sekolah Menengah yang selanjutnya disebut B, juga menceritakan bagaimana Ji Soo memperlakukannya. Dia ingat betul awalnya pria yang terkenal dengan peran sad boy-nya itu meminta B untuk membelikannya makanan.  

"Saya adalah petugas delivery rotinya. Dia akan menyuruhku membawa kembali makanan ringan dari pasar sekolah. Dan jika saya tidak berhasil kembali dalam beberapa menit, dia memukuli saya. Saya harus membayar semua makanan ringannya," ucap B.

1.403 Orang dan 9 Jenazah Korban Erupsi Gunung Lewotobi di NTT Berhasil Dievakuasi

Tidak hanya meminta B untuk membelikannya makanan, Ji Soo juga disebut memintanya sejumlah uang kepadanya secara terus menerus.

"Dia akan menelepon saya untuk membawa uang. Awalnya, 5.000 won (Rp63 ribu) atau 10.000 won (Rp127 ribu ), tapi kemudian menjadi 50.000 won (Rp638 ribu) dan 100.000 won (Rp1,2 juta)," kata B.

Tidak sampai di situ, B juga mengklaim Ji Soo sering memintanya untuk mengerjakan ujian. Namun, tidak ada yang berani menghentikan perilaku buruk Ji Soo lantaran postur tubuhnya yang tinggi.

Klik halaman selanjutnya untuk tahu lebih banyak.

"Ji Soo sangat jahat. Saya harus mengerjakan kuis dan tes untuknya. Ji Soo adalah pria besar. Dia memiliki tinggi lebih dari 180 sentimeter. Dia sangat tinggi untuk anak seusianya dan dia mengintimidasi semua orang di kelasnya, seolah-olah dia adalah raja," jelas B.

B bahkan menyebut bahwa Ji Soo dan teman-temannya juga tidak takut dengan guru di sekolah. Hal inilah yang membuat B dan teman-teman lainnya memilih untuk tidak melaporkan kelakuan Ji Soo  itu.

"Dan kelompok pengganggu tidak takut pada guru. Saya pikir itu benar-benar membuat mereka tak terhentikan. Mereka akan terus memilih target baru. Jadi pada akhirnya semua orang setuju, tidak ada gunanya melaporkan intimidasi mereka ke sekolah karena tidak ada yang akan berubah," ungkap B.

Korban lain juga tampil dalam program tersebut, yang selanjutnya disebut C. Ia mengungkapkan buruknya perilaku Ji Soo padanya. C mengaku dia selalu mengalami perundungan di sekolah yang pada akhirnya membuat dia berhenti bersekolah, karena tidak tahan dengan perilaku Ji Soo.

C menceritakan, saat sekolah dulu, Ji Soo sering menendang bokong dan pahanya. Tidak sampai di situ, Ji Soo juga diketahui sering memukul kepalanya, menamparnya hingga meninju dadanya.

"Dia akan selalu duduk di baris terakhir. Saya duduk di depannya, dia menggunakan saya untuk menutupi dirinya sendiri ketika dia akan tidur di kelas. Saat saya membungkuk sedikit, dia akan menampar bagian belakang kepalaku," ungkap C.

C juga ingat saat dia bertemu dengan Ji Soo di kereta bawah tanah, bertahun-tahun setelah perundungan. Meskipun tiga tahun telah berlalu, dia tetap takut pada Ji Soo karena kenangan menyakitkan tentang intimidasi yang dia alami selama sekolah menengah.

"Saya berdiri di sana dengan kepala menunduk karena saya ketakutan. Ji Soo mendatangi saya dan mulai berbicara dengan saya. Saat saya mendongak, dia tersenyum dan bertanya, 'Apa kau tidak mengenalku?'" kata C.

Baca artikel ini sampai selesai untuk mengetahui berita selengkapnya.

Teman sekolah lainnya, yang tidak pernah diintimidasi oleh Ji Soo, mengingat statusnya dan bagaimana hal itu berubah selama tiga tahun di sekolah menengah. Mereka menjelaskan, di awal tahun sekolah, Ji Soo pengganggu kelas. Namun, pada tahun kedua, dia 'dibina' oleh pengganggu paling terkenal di sekolah.

"Ji Soo termasuk dalam tingkatan tertinggi, pengganggu terkuat. Dan mereka memiliki 'antek,' atau pengganggu lapis kedua, yang akan melakukan pekerjaan kotor yang sebenarnya. Mereka mengelola sekolah. Jadi jika Anda melakukan sesuatu untuk melawan kelompok-kelompok itu, Anda akan menjadi orang buangan yang dikucilkan atau Anda akan diintimidasi secara fisik," kata D dan E, teman sekolah Ji Soo.

Terakhir, teman sekolah Ji Soo dari sekolah dasar yang selanjutnya disebut F dan G. Keduanya mengakui bahwa memang ada pelecehan seksual yang terlibat dalam daftar kekerasan di sekolah Jisoo.

Ji Soo.

Photo :
  • Soompi

F, meski bukan korban langsung, mengaku menyaksikan Ji Soo melakukan pelecehan seksual terhadap siswa laki-laki saat dalam perjalanan berkemah sekolah. Di mana di perjalanan tersebut, para siswa laki-laki ditempatkan di kamar asrama yang sama.  

"Di sana Ji Soo melakukan pelecehan seksual terhadap beberapa anak laki-laki di ruangan itu.  Dia (disensor, perilaku seksual) dan (disensor, perilaku seksual). Semua orang yang ditugaskan ke kamar Ji Soo menyaksikan ini. Tapi, kami tidak bisa menghentikannya karena kami takut kami akan menjadi target juga," kata F.

G, teman sekolah perempuan Ji Soo yang juga korban, mengungkapkan bahwa Ji Soo melecehkannya secara seksual dengan berbicara tentang melakukan hal-hal seksual yang dilanjutkan dengan meletakkan kantong plastik di atas kepalanya.

Tidak hanya itu, Ji Soo bahkan menggambarkan perilaku seksual di tempat duduknya di sampingnya selama kelas.

"Dia menaruh kantong plastik di atas kepalaku. Dan dia mengatakan sesuatu seperti, 'Kita bisa (disensor, diasumsikan sebagai ‘hubungan seksual’) di malam hari dengan lampu mati.' Dia benar-benar meletakkan kantong plastik di atas kepalaku.  Saya juga melihat dia (disensor, dianggap ‘masturbasi’) di kursinya di sebelah saya selama di kelas," ungkap G.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya