Cerita dokter Tirta, Dari Atheis Sampai Jadi Mualaf

dokter Tirta
Sumber :
  • Instagram @dr.tirta

VIVA – Siapa yang tidak kenal dengan Tirta Mandira Hudhi atau yang akrab disapa dokter Tirta. Meski tampil dengan sosok yang arogan dan menggebu-gebu ternyata ada cerita pilu dalam kehidupan dr Tirta. 

Prabowo Akui Belum Puas Manfaatkan Pasar 8 Negara Berpenduduk Muslim

Dalam acara Saatnya Perempuan Bicara di tvOne, dr Tirta sempat menceritakan kehidupannya. Ia menceritakan sempat menjadi atheis, hingga akhirnya menjadi mualaf dan memeluk agama Islam. 

Tirta ternyata lahir dalam kondisi yang kurang mengenakan. Ia dibesarkan dalam keluarga yang memiliki keberagaman keyakinan. Sang ayah memeluk agama Islam dan ibunya merupakan non muslim.

Kelompok yang Gulingkan Assad Berambisi Politik Berkedok Agama, Menurut Alumnus Suriah

"Aku lahir dalam kondisi yang jujur enggak enak ya. Bapakku adalah seorang petani, dia Jawa dan Muslim. Ibuku keturunan Chinese, dia lulusan pertanian tapi karena enggak ada duit, dia jadi karyawan bank juga tapi Non Muslim. Mereka nikah melahirkan aku anak tunggal karena enggak ada duit juga jadi anaknya cuma satu doang," ujar Tirta dalam acara tersebut dikutip VIVA, Jumat, 16 Oktober 2020.

Cerita Tirta akhirnya menjadi atheis dimulai saat tragedi 98. Keluarganya mengalami hal-hal buruk hingga akhirnya ia memutuskan untuk menjadu atheis. 

Jadi Mualaf, Wanita Muda Ini Sibuk Hafalan Sholat dan Tidak Sempat untuk Galau

"Yang dari situ aku ngerasain tragedi 98 di Solo, pada waktu itu nyokap loncat dari lantai 2 Bank, pilihannya cuma dua mati dibakar atau loncat, nyokap pilih loncat. Dari situ aku tahu tentang rasialisme, SARA, agama, dan aku memutuskan untuk atheis dari dulu SD, SMP, SMA," katanya. 

Perubahan mulai dirasakan Tirta saat ia menginjak bangku kuliah. Tirta yang saat itu berkuliah di Universitas Gajah Mada (UGM) bertemu dengan berbagai karakter yang akhirnya membuatnya memutuskan untuk menjadi mualaf dan memeluk agama Islam. 

"Cuma ketika aku masuk UGM, aku ketemu dengan berbagai macam orang karakter, kalau kita di kampus itu banyak kawan dari suku mana, suku mana. Dari situ aku terbuka dan aku memutuskan untuk mualaf di usia 23 tahun dan ya sudah, aku bisa menghargai agama lain Jadi sekarang kalau ada orang beribadah atau apa, aku tidak langsung close minded ya, dari situ aku respect," katanya.

Kini ada satu cita-cita dari Tirta yang belum juga terealisasikan. Ia ingin membangun sebuah rumah sakit yang dapat mewadahi dokter-dokter muda atau yang baru lulus kuliah untuk bisa mendapatkan pengalaman kerja yang baik. 

"Aku masih punya satu cita-cita yang belum kesampaian aku mau buat rumah sakit dari duitku sendiri dimana itu mewadahi dokter-dokter muda yang fresh graduate dan bisa berguna untuk rakyat yang gak ada duit," kata Tirta.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya