Nora Alexandra: Jerinx Tidak Pernah Benci Dokter

I Gede Ari Astina alias Jerinx SID
Sumber :
  • U-Report

VIVA – Istri I Gede Ary Astiana alias Jerinx, Nora Alexandra menyampaikan sebuah pesan melalui media sosial Instagram pribadinya, @ncdpapl. Nora menyampaikan jika selama ini sang suami yang merupakan drummer grup musik Superman is Dead (SID) itu tidak pernah membenci dokter

Prabowo Minta PM India Kirim Dokter Spesialis untuk Mengajar di Kampus Indonesia

Nora menegaskan jika selama ini hal-hal yang dilakukan oleh Jerinx karena rasa empatinya terhadap seorang ibu hamil yang harus kehilangan bayinya karena adanya persyaratan untuk rapid test. 

"PENTING Nora tambahkan sebelum lanjut, suami Nora TIDAK PERNAH BENCI DOKTER. Beliau hanya berempati thd ibu hamil yg kehilangan bayi akibat syarat Rapid," tulis Nora pada sebuah postingan Instagramnya, Minggu 20 September 2020.

IDI Tegaskan Dokter Tak Boleh Jadi Influencer Sampai Promosikan Produk Kesehatan

Pada postingan itu juga Nora mengunggah ulang sebuah tulisan dari Sekjen AJI Denpasar, Yoyok Raharjo. Pada tulisan itu Yoyok mencoba membagi beberapa masalah Jerinx saat ini.

Baca juga: Jerinx Hingga Ria Ricis, 5 Artis Ini Tuai Kontroversi COVID-19

Nadin Amizah Kecewa Setelah Konsultasi Dokter Online, Kenapa?

"Repost dari @jeg.bali Tulisan Sekjen @aji_denpasar mas @yoyoraharyo. Saya mencoba membagi beberapa masalah JRX. Semoga bisa dipahami. Mungkin agak panjang. Saran saya, seduh kopi dulu," tulisnya. 

Permasalahan yang pertama adalah Jerinx menganggap COVID-19 tidak mematikan. Ia memiliki pandangan yang berbeda sesuai dengan perkataan beberapa ahli yang dipercayainya.
Nora Alexandra dampingi sang suami, Jerinx di Mapolda Bali.

"JRX percaya COVID-19 ada- tapi ia yakin COVID-19 tak mematikan atau setidaknya berbahaya sebagaimana yang dipercaya ahli, pemerintah, WHO, dll. Ia memiliki pandangan lain karena memercayai "ahli" lain. Orang lain menyebut, kepercayaan JRX dilabeli teori konspirasi," tulisnya. 

Kedua Jerinx memiliki pandangan lainnsoal protokol kesehatan yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Ia menganggap protokol kesehatan tidak lebih dari respon yang berlebihan. 

"Karena JRX percaya COVID-19 tak mematikan/ berbahaya, ia juga bertentangan pandangan soal protokol kesehatan yang dibuat pemerintah (atas saran WHO). Protokol kesehatan itu dianggap respons berlebihan, yang diyakini sebagai kerjaan elit global, melalui WHO dan negara2," tulisnya. 

Pada penjabaran yang ketiga, Jerinx memiliki pandangan bahwa tes untuk mengetahui pasien itu positif atau negatif sebagai syarat pelayanan pasien di rumah sakit tidak diperlukan. 

"Selain membebani keuangan pasien, dalam beberapa kasus juga membahayakan pasien. Apalagi pasien kasus darurat, seperti melahirkan. Telat, nyawa taruhan. Sedangkan RS dan IDI memandang tes COVID-19 ini penting, untuk keamanan tenaga kesehatan," tulisnya. 

Akhirnya permasalahan terakhir muncul saat Jerinx sudah sangat jengkel dengan adanya tes COVID-19 yang akhirnya menimbulkan korban jiwa. 

"Saking jengkelnya karena tes COVID-19 bagi pasien menimbulkan korban nyawa, JRX menyebut IDI dan RS sebagai kacung WHO," tulisnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya