Ngamuk, Polisi Sebut Anak Elvy Sukaesih Sudah 5 Tahun Gangguan Jiwa
- VIVA/Mohammad Yudha Prasetya
VIVA – Pihak kepolisian, dalam hal ini Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Pol Argo Yuwono, akhirnya buka suara dan memberi klarifikasi mengenai kebenaran kabar Haidar, putra pertama Elvy Sukaesih, yang membuat rusuh lingkungan sekitar.
Saat dihubungi VIVA, Argo menjelaskan bahwa memang benar Haidar telah menimbulkan kericuhan di sekitar kediamannya di kawasan Cawang, Jakarta Timur pada Kamis malam, 12 September 2019. Keributan itu bermula ketika Haidar ingin membeli rokok ke sebuah warung milik Junaidi.
“Pada pukul 20.30 WIB, Saudara Haedar pergi ke warung Pak Junaedi yang berada di depan rumah. Saudara Haedar ingin membeli rokok Gudang Garam 1 bungkus dengan cara berutang dan akan dibayar besok hari,” kata Argo dalam pesan Whatsapp kepada VIVA, Jumat, 13 September 2019.
Namun ternyata, pemilik warung menolak permintaan Haidar yang hendah berutang tersebut. Karena hal tersebut, Haidar pun langsung ngamuk dan merusak warung Junaidi. Bahkan Haidar sempat akan menyerang Junaidi menggunakan golok.
Baca Juga: Keluarga Elvy Sukaesih Bantah Haedar Ngamuk Karena Utang
“Ketika Pak Junaedi penjaga warung menolak permintaan Sdr Haedar untuk membeli rokok secara utang, Sdr Haedar langsung mengamuk merusak warung Pak Junaedi dan ingin menyerang Pak Junaedi dengan menggunakan golok,” kata Argo.
Namun keributan bisa direda ketika istri Haidar datang dan menenangkan, lalu membawa suaminya itu masuk ke dalam rumah.
Lebih lanjut, Argo juga menjelaskan bahwa ternyata Haidar mengalami gangguan jiwa dan sudah lima tahun lamanya. Riwayat berobat Haidar pun dilampirkan. Argo menyebut bahwa Haidar langsung dibawa ke Rumah Sakit Duren Sawit untuk dirawat.
“Setelah dilakukan pendalaman, ternyata Sdr Haedar mengalami sakit gangguan kejiwaan kurang lebih sudah 5 tahun lamanya. Dan riwayat berobat sakit gangguan kejiwaan Sdr Haedar dari Rumah Sakit lengkap,” jelas Argo kemudian.
Heboh! Dhawiya Zaida Ungkap Pakai Narkoba Lantaran Tuntutan Sang Ibu
Tersiksa karena tuntutan sang ibu, ada rasa tak terima dalam diri Dhawiya Zaida. Sebagai anak bertubuh gemuk, Dhawiya merasa tidak berharga.
