Uzbekistan Jadi Lokasi Utama Produksi Film Pengin Hijrah, Ini Alasan Uniknya
- IG @penginhijrah.film
Jakarta, VIVA – Film drama religi Pengin Hijrah resmi memulai proses produksinya hari ini. Diproduksi oleh Sinemata Buana Kreasindo, hasil kerja sama antara Multi Buana Kreasindo (MBK) Productions dan Sinemata, film ini menjanjikan alur cerita dan lokasi produksi yang menarik dan unik. "Pengin Hijrah" akan mengambil lokasi di tiga tempat berbeda, yaitu Bogor, Belitung, dan Uzbekistan, dengan Uzbekistan sebagai lokasi utama yang akan memulai produksi.
Uzbekistan dipilih sebagai lokasi syuting karena keindahan visualnya yang eksotis serta ikatan historisnya dengan peradaban Islam yang kuat. Scroll lebih lanjut ya.
Salah satu situs bersejarah yang menjadi latar cerita film ini adalah kompleks makam Imam Bukhari di Samarkand. Imam Bukhari, seorang perawi hadis yang lahir di Uzbekistan, menjadi inspirasi dari salah satu nilai moral dalam film ini. Salah satu kutipan hadisnya juga diangkat sebagai pijakan utama dalam cerita Pengin Hijrah: “Siapa yang hijrahnya karena Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya untuk Allah dan Rasul-Nya…” (HR Bukhari).
Budi Yulianto, Eksekutif Produser film Pengin Hijrah, membagikan kisah asal muasal cerita film ini. Sebelum menjadi naskah skenario film, kisah ini sudah terlebih dahulu dituangkan dalam bentuk novel yang dirilis pada Indonesia International Book Fair (IIBF) pada 26 September 2024. Inspirasi untuk menjadikan kisah ini sebagai film semakin kuat setelah Budi mengunjungi Samarkand, Bukhara, dan Tashkent, ibukota Uzbekistan. Di kompleks makam Imam Bukhari, Budi merasakan dorongan kuat untuk merealisasikan ide cerita "Pengin Hijrah" menjadi sebuah film.
“Kami berusaha menghadirkan tiga kota bersejarah – Samarkand, Bukhara, dan Tashkent – sebagai latar perjalanan cinta dua tokoh yang datang dari budaya berbeda. Kisah cinta anak muda dari Indonesia dan Uzbekistan ini mengeksplorasi makna hijrah dalam perspektif yang lebih dalam,” jelas Budi Yulianto, yang sebelumnya sukses dengan film "Air Mata di Ujung Sajadah," yang meraih 3,1 juta penonton.
Selain Uzbekistan, lokasi syuting lainnya termasuk Pulau Belitung dan Bogor. Pulau Belitung dipilih karena pantainya yang eksotis, kontras dengan dataran kering dan perbukitan di Uzbekistan yang bercuaca subtropis-dingin. Sementara, Bogor akan menjadi latar bagi kampus tokoh utama. Dalam keseluruhan prosesnya, sekitar 30 persen produksi film ini akan berlangsung di Uzbekistan, dan sisanya di Belitung dan Bogor.
"Pengin Hijrah" akan disutradarai oleh Jastis Arimba, sutradara berbakat yang telah menorehkan kesuksesan melalui sejumlah film drama box-office. Film ini juga akan melibatkan pemain dari dua negara, antara lain Steffi Zamora, Endy Arfian, Daffa Wardhana, Karina Suwandi, dan Nadzira Shafa. Beberapa aktor dari Uzbekistan juga akan bergabung, memberikan warna lokal yang otentik pada film ini.
“Kami berharap lokasi produksi di dua negara ini dapat mempermudah proses distribusi film di negara-negara Islam di kawasan Asia,” ujar Budi Yulianto.
Produksi film ini diperkirakan akan selesai dalam waktu 24 hari. Jastis Arimba yang sudah meninjau lokasi syuting di Samarkand, Bukhara, dan Tashkent mengungkapkan harapannya agar cuaca di Uzbekistan mendukung proses produksi, mengingat pada bulan November suhu bisa mencapai 5 derajat Celsius. Kondisi cuaca ini tentunya menjadi tantangan tersendiri bagi tim produksi dan para pemain.
Sinemata Buana Kreasindo (SBK) mengharapkan lokasi produksi yang unik di Uzbekistan dapat memberikan visual yang memukau dan menghadirkan cerita yang kaya, terutama dalam menggambarkan konflik cinta dua budaya yang memiliki perspektif berbeda tentang makna hijrah. Film ini dijadwalkan untuk rilis pada tahun 2025 dan diharapkan dapat memberikan warna baru bagi perfilman religi di Indonesia dan internasional.
Perpaduan budaya dan kisah cinta dalam latar eksotis kota-kota bersejarah Samarkand, Bukhara, Tashkent, serta pemandangan indah Belitung dan Bogor ini akan tayang di layar lebar pada 2025 mendatang.