Kontroversi Vina: Sebelum 7 Hari, LSF Ungkap Alasan Lolos Sensor

Film Vina
Sumber :
  • Instagram

Jakarta – Film horor "Vina: Sebelum 7 Hari" yang di sutradarai oleh Anggy Umbara telah menarik perhatian sejak awal penayangan karena kontroversi yang melingkupinya.

Kalah Lawan Qatar, Uzbekistan Senasib dengan Timnas Indonesia: Dicurangin Wasit

Diangkat dari kasus pembunuhan dan pemerkosaan terhadap mendiang Vina di Cirebon, film ini menuai sorotan karena beberapa adegannya dinilai mengeksploitasi kekerasan terhadap wanita. Scroll lebih lanjut ya.

Meskipun demikian, Lembaga Sensor Film (LSF) memberikan persetujuan kepada film ini setelah memastikan bahwa adegannya sesuai dengan proporsinya dan masuk klasifikasi usia 17 tahun ke atas.

Kolaborasi Film Horor Indonesia-Cambodia, Hadirkan Tantangan Tiga Bahasa

Ketua Komisi I LSF, Nasrullah, menjelaskan bahwa film ini lolos sensor karena adegan-adegannya dianggap sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan.

Rommy Fibri Hardiyanto, ketua LSF

Photo :
  • Istimewa
Penampilan Baru Wanda Hara Jadi Sorotan Netizen saat Hadiri Ulang Tahun Syahnaz Sadiqah

"Ada empat kriterianya film itu diloloskan, adegan dialog cocok untuk 17 tahun kalau ada kekerasan dan pornografi itu disajikan secara proporsional," kata Nasrullah dalam konferensi pers yang digelar di kawasan Senayan, Jakarta Pusat, Senin, 3 Juni 2024.

Salah satu adegan yang menjadi perbincangan di media sosial adalah adegan kekerasan dan pemerkosaan terhadap karakter Vina. Namun, Nasrullah menyatakan bahwa adegan tersebut tidak di filmkan secara gamblang, sehingga masih dapat diterima.

"Ketika mau diperkosa saya tidak melihat adegan tidak ada sehelai benang pun di tubuh (karakter) Eky dan Vina," jelas Nasrullah.

"Itu sudut pengambilan gambar dari wajah Vina memang Vina diambil gambar shoot-nya dari bawah. Kalau pornografi (kita) gak lihat juga tapi orang lihatnya ini diperkosa, tapi di kepala," lanjutnya.

Ketua LSF, Rommy Fibry Hardiyanto, menambahkan bahwa jika film ini diberi klasifikasi untuk semua umur, hal itu dapat menimbulkan masalah. Oleh karena itu, keputusan untuk mengklasifikasikannya sebagai film untuk usia 17 tahun ke atas diambil berdasarkan pertimbangan proporsi adegan yang ada.

"Kalau film sekelas itu adegannya diberi klasifikasi semua umur hingga anak-anak nonton nah itu tentu akan bermasalah," terang Rommy.

"Tapi karena adegan yang ada dengan proporsi adegan yang ada maka alasan mengklasifikasikan 17 tahun ke atas," pungkasnya.

Kontroversi seputar film "Vina: Sebelum 7 Hari" menyoroti pentingnya peran LSF dalam memastikan bahwa film-film yang ditayangkan memperhatikan kepentingan dan sensitivitas masyarakat, sambil mempertahankan kebebasan berekspresi bagi pembuat film.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya