The Creator: Saat Robot AI Kuasai Dunia, Bagaimana dengan Manusia?
- Disney
JAKARTA – Film bergenre thriller fiksi The Creator menghadirkan perjalanan kecanggihan teknologi di masa depan yang menyebabkan peperangan antara manusia dengan robot kecerdasan buatan.
Film yang disutradarai oleh Gareth Edwards ini diawali dengan kisah sebuah bencana bom di Los Angeles, Amerika Serikat, yang diledakkan oleh AI. Digambarkan dalam film tersebut bahwa manusia akan hidup berdampingan dengan robot-robot canggih yang mendominasi sebagian kehidupan di dunia ini.
Artificial Intelligence (AI) dan potensinya yang dapat menjadi manfaat atau bahaya bagi umat manusia, telah menjadi salah satu topik yang paling hangat diperdebatkan saat ini, merupakan pusat cerita dari The Creator, yang mengambil latar belakang di masa depan dengan AI yang sudah mendominasi dunia.
The Creator dimulai setelah terjadinya sebuah bencana dahsyat, di mana Los Angeles dihancurkan oleh AI. Pemerintahan di negara-negara Barat merespons dengan pelarangan total terhadap AI, sementara negara-negara di Timur terus mengembangkan teknologi tersebut sampai pada titik di mana robot telah menjadi mirip manusia, dan dianggap setara. Hal ini memicu perang antara Barat dan Timur, Amerika melawan Asia yang menjadi latar belakang kisah The Creator.
Cerita semakin rumit ketika, Joshua (Washington), mantan agen pasukan khusus yang masih berduka atas kepergian istrinya (Chan), direkrut untuk memburu dan membunuh The Creator, arsitek AI canggih yang telah mengembangkan misterius. Senjata yang telah diciptakan tersebut dikatakan memiliki kekuatan untuk mengakhiri perang dan umat manusia itu sendiri. Joshua dan tim operasi elitnya melakukan perjalanan melintasi garis musuh, ke wilayah yang diduduki AI, hanya untuk menemukan senjata akhir dunia yang diperintahkan untuk dia hancurkan adalah AI dalam bentuk seorang anak kecil (Voyles).
Perang antara manusia dengan AI, bisakah hidup berdampingan?
Dengan latar waktu di tahun 2060-an, The Creator menggambarkan konflik yang mungkin terjadi di masa depan yakni peperangan antara AI yang mengancam eksistensi manusia. Semakin canggih para robot kecerdasan buatan itu tidak hanya membantu pekerjaan manusia sehari-hari tetapi juga dapat menyebabkan kemusnahan.
Jika berkaca pada kemajuan teknologi di era ini, sepertinya tidak menutup kemungkinan kecanggihan AI akan terus berkembang di masa depan. Robot AI bahkan sudah bisa bekerja layaknya manusia mulai dari asisten rumah tangga hingga pelayan restoran.
Lewat film The Creator, para penonton bisa membayangkan bagaimana teknologi masa depan akan semakin canggih meskipun belum diketahui apakah akan persis dengan cerita fiksi dalam film ini.
Tetapi di luar segala kelebihan yang dapat mempermudah pekerjaan manusia, robot AI juga bisa melakukan kesalahan karena adanya eror dalam sistem. Seperti yang terjadi dalam film ini, di mana ledakan bom yang sangat besar terjadi di Los Angeles akibat kesalahan sistem dari robot AI. Kesalahan serupa lantas dapat mengancam keberadaan umat manusia di bumi.
Hal yang membedakan robot dengan manusia
The Creator menunjukkan bagaimana robot AI akan hidup berdampingan dengan manusia. Mereka bahkan bisa beraktivitas hingga melakukan pekerjaan layaknya manusia mulai dari menjadi polisi hingga tentara perang.
Bukan hanya melahirkan robot AI baru, kecanggihan teknologi masa depan yang digambarkan dalam The Creator juga dapat melahirkan kembali seseorang yang telah tiada. Manusia dapat mendonorkan wajah mereka yang nantinya akan dipakai oleh robot AI sehingga sudah menjadi hal yang umum apabila banyak robot dengan wajah yang sama.
Meskipun robot-robot AI itu dirancang dengan segala kecanggihan hingga pola pikir yang mirip dengan manusia, tetapi ada satu hal yang tidak mereka miliki yaitu perasaan. The Creator menekankan betul bahwa robot AI adalah sebuah program yang sudah diatur dan bisa dimatikan kapan saja.
Berbeda dengan manusia yang memiliki kemampuan mengingat sesuatu berdasarkan naluri perasaannya, robot AI hanya mengingat beberapa kejadian karena ada program yang ditransfer ke dalam sistemnya.
Kental dengan budaya khas Asia
The Creator menghadirkan wilayah baru yang disebut New Asia. Di sanalah robot AI dikembangkan sehingga negara-negara barat datang untuk memusnahkan mereka.
Untuk mewujudkan visi sang sutradara ke layar lebar, tim produksi melakukan perjalanan ke 80 lokasi berbeda di delapan negara berbeda, termasuk Thailand, Vietnam, Kamboja, Nepal, Jepang, Indonesia, Inggris (di luar Pinewood Studios London), dan AS (di Los Angeles). Hal ini dilakukan agar lokasi cerita yang dipilih yaitu, Asia di masa depan tetap memiliki sisi autentik dari negara-negara di Asia yang beragam.
"Gareth bertekad untuk merangkul talenta lokal (baik pemain maupun kru) semaksimal mungkin," kata Produser Jim Spencer.
Beberapa elemen dari Indonesia pun terlihat jelas dalam “The Creator”. Seperti beberapa lagu dari band rock tahun 70-an asal Indonesia “Golden Wing” yang dapat terdengar dalam film ini. Lagu-lagu yang berjudul “Kasih Suci”, “Hanny”, dan “Hari Yang Mulia” ini menemani penonton untuk semakin masuk ke dalam petualangan para AI dan manusia dalam memperjuangkan eksistensi mereka.
The Creator merupakan film thriller sci-fi yang epik dan memiliki sisi unik yang dapat menemani para penonton menyelami kemungkinan kehidupan manusia di masa depan. Disutradarai oleh Gareth Edwards, film ini dibintangi oleh John David Washington, Gemma Chan, Ken Watanabe, Sturgill Simpson, Madeleine Yuna Voyles, dan Allison Janney. Skenarionya dibuat oleh Gareth Edwards dan Chris Weitz dari cerita karya Gareth Edwards. Produsernya adalah Gareth Edwards, p.g.a., Kiri Hart, Jim Spencer, p.g.a., dan Arnon Milchan. Produser eksekutifnya adalah Yariv Milchan, Michael Schaefer, Natalie Lehmann, Nick Meyer, dan Zev Foreman. The Creator hadir di bioskop Indonesia mulai 27 September 2023.