Demi Totalitas, Tim Film Buya Hamka Bangun Kincir Air Besar untuk Set Syuting
- IG Vino G Bastian
VIVA Showbiz – Salah satu film yang paling ditunggu tahun ini yakni Buya Hamka akan segera tayang di momen lebaran tahun 2023 ini tepatnya pada 20 April 2023.
Film produksi Falcon Pictures dan Starvision itu, dibintangi oleh Vino G Bastian yang berperan sebagai karakter utama, Buya Hamka. Selain Vino, film itu juga dibintangi oleh Laudya Chintya Bella, Desy Ratnasari, Donny Damara, Reza Rahadian, dan yang lainnya.
Sebagai informasi, biaya produksi film Buya Hamka memakan biaya yang sangat besar. Salah satu peruntukannya adalah membangun set berupa surau (musala) dan kincir air. Set tersebut dibangun untuk kebutuhan adegan yang ada di dalam film Buya Hamka.
Sutradara film Buya Hamka, Fajar Bustomi mengungkapkan, butuh waktu lama untuk membangun set surau dan kincir air tersebut. Proses pembangunan memakan waktu 30 hari dan digunakan jadi lokasi syuting selama tujuh hari.
"Lokasi ini dipersiapkan selama 30 hari. Yang digunakan untuk masa syuting selama sekitar 7 hari," katanya," kata Fajar Bustomi dalam keterangan tertulis yang diterima VIVA.
Ditemukan beberapa kendala pada saat membangun set tersebut, salah satunya adalah karena derasnya air sungai sehingga membuat poros kincir bergeser. Karena hal itu, pada saat syuting berlangsung crew art harus menyelam dan memutar kincirnya secara manual.
"Lokasi ini berada di salah satu kawasan di Payakumbuh, Sumatra Barat. dengan background perbukitan yang indah, mendukung sudut pengambilan gambar yang akan memanjakan mata," terang Fajar.
Set ini dibangun untuk mendukung adegan saat Buya Hamka masih belia." Pada masa inilah, Hamka, belajar mengaji, belajar pencak silat, saat itu Hamka berusia belasan tahun," ucap Fajar.
Sebagai informasi, film Buya Hamka akan dibagi menjadi tiga babak, babak pertama akan tayang pada 20 April 2023.
Sinopsis film Buya Hamka babak pertama
Periode dimana Hamka menjadi pengurus Muhammadiyah di Makassar dan berhasil memberikan kemajuan yang pesat pada organisasi tersebut. Hamka juga mulai menulis sastra koran dan cerita romannya disukai para pembaca. Hamka dan keluarganya pindah ke Medan, karena Hamka diangkat menjadi pemimpin redaksi majalah Pedoman Masyarakat.
Posisi ini membuat Hamka mulai berbenturan dengan pihak Jepang hingga harus ditutup karena dianggap berbahaya. Kehidupan keluarga Hamka pun terguncang ketika salah satu anak mereka meninggal karena sakit. Usaha-usaha Hamka untuk melakukan pendekatan pada pihak Jepang malah dianggap sebagai penjilat dan dimusuhi.