Kisah Anak Muda Hidupkan Surau, Film Ke Surau, Aku Kembali Mulai Diproduksi
- VIVA/Andri Mardiansyah/Padang
VIVA Showbiz – Film berjudul Ke Surau, Aku Kembali, kini sudah mulai diproduksi. Film fiksi besutan sutradara Adi Osman ini, berkisah soal perjalanan seorang pemuda ke surau-surau tua di Kabupaten Agam, Payakumbuh, dan 50 Kota.
Setelah kembali dari perjalanan itu, ia lalu berupaya menghidupkan kembali Surau di Kampungnya. Adi Osman menyebut, film ini dibuat karena saat ini sudah banyak yang mulai terlupakannya dari nilai-nilai sejarah yang ada pada surau dan sasaran. Surau kini, lebih cenderung menjadi tempat ziarah saja. Scroll untuk mengetahui ceritanya.
“Hal penting dari surau dan sasaran ialah bagaimana kondisi dan relevansinya dengan kultur hari ini. Meskipun pada dulunya merupakan tempat menghasilkan orang-orang "besar" dari Sumatera Barat, hari ini hanya menjadi situs ziarah orang-orang,” kata Adi, Senin 5 Desember 2022.
Karena itu, Adi menggarisbawahi bahwa, selain sebagai tempat ziarah, surau juga harus dilihat kembali sebagai suatu tempat berkembangnya berbagai macam ilmu pengetahuan sepanjang ia relevan dengan masa kini.
“Film yang tengah diproduksi ini mencoba mencari peluang dan relevansi surau dan sasaran hari ini. Bagaimana situs ziarah itu dikelola dan bagaimana sejarah dan sistem pendidikannya bisa menjadi pengetahuan penting di masa sekarang.
“Kita dan tim sudah di beberapa lokasi di Agam dan 50 Kota, dengan melibatkan aktor lokal serta sumber daya lokal lainnya,” ujar Adi.
Objek wisata
Selain sebagai situs ziarah, menurut Adi, surau hari ini juga mulai dilihat sebagai situs wisata. Hanya saja, paradigma pariwisatanya masih belum tepat.
Sutradara S Metron Masdison mengatakan, selama ini Surau dan Sasaran dipandang sebagai objek wisata belaka, bukan subjek wisata.
“Padahal seharusnya Surau dan Silek itu menjadi subjek wisata. Maksudnya, ia tidak hanya jadi tontonan wisata yang pasif, namun juga bisa menjadi ruang untuk belajar mengenai banyak sekali hal,”ujar Metron.
Metron menegaskan, Ibarat mata air, surau dan sasaran adalah tempat yang tak akan kering-kering ilmunya jika kita timba. Ia pun berharap, dengan dijadikannya surau dan sasaran subjek wisata, maka ia bisa berkembang lebih jauh menjadi wisata religi sekaligus wisata edukasi histori serta mengandung unsur adventure.
Hal senada disampaikan Buya Zuari Abdullah. Penulis buku-buku mengenai silek dan sasaran ini mengatakan, pada awalnya surau dan sasaran adalah tempat dimana sistem pendidikan klasik Minangkabau dikembangkan.
Praktisi silek itu juga mengatakan bahwa pendidikan karakter ala Silek merupakan kearifan lokal yang telah ada jauh sebelum diperkenalkannya pendidikan ala Barat lewat sekolah-sekolah modern.
“Kita bisa melihatnya dalam berbagai ungkapan, mamangan, atau pada nilai-nilai filosofis Silek tradisi itu sendiri. Juga menekankan tentang hubungan tak terpisahkan antara surau dan sasaran,"kata Buya Zuari.
Wacana untuk menghidupkan kembali surau dan sasaran memang mengemuka akhir-akhir ini. Tanpa surau dan sasaran yang aktif, maka tidak akan wisata dengan surau dan sasaran sebagai subjeknya.
Pada Juni 2022 lalu, hal itu juga diperbincangkan dalam Musyawarah Tuo Silek di Payakumbuh. Salah satu kesimpulan dari musyawarah yang dihadiri oleh lebih dari 60 tuo silek se-Sumatera Barat itu, ialah penguatan kembali surau dan sasaran.
Ketua Pengurus Provinsi Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI Sumbar), Supardi, yang merupakan salah satu sosok kunci dalam musyawarah tersebut, juga menekankan hal yang sama. Saat membuka Musyawarah Tuo Silek itu, Supardi mengatakan, salah kunci utama pelestarian dan pengembangan silek tradisi adalah surau dan sasaran.
"Surau dan sasaran merupakan hal yang tak bisa dipisahkan. Surau sebagai tempat mengaji, dan sasaran sebagai tempat mengaplikasikan kaji tersebut, harus kembali dikuatkan," tutur Supardi.
Diketahui, Film Ke Surau, Aku Kembali ini, merupakan persembahan Dinas Pariwisata Provinsi Sumatera Barat. Selain film fiksi, dinas yang sama juga tengah menyiapkan sebuah film dokumenter soal surau dan sasaran.