Produser film Kadet 1947 Jadi Creative Director di Spouse Program KTT G20, Dipuji Iriana Jokowi
VIVA Showbiz – Salah satu acara yang tak kalah penting dalam gelaran KTT G20 lalu adalah pertemuan para pendamping kepala negara bersama ibu Kepala Negara, Iriana Joko Widodo.
Acara bertema The Journey, Indonesian Sustainable Living Culture tersebut dihadiri oleh pendamping kepala negara Spanyol Madam María Begona Gomez Fernandez, pendamping kepala negara Turki Madam Emine Erdogan, pendamping perdana menteri Jepang Madam Yuko Kishida, pendamping European Commission President Heiko von der Leyen, pendamping kepala negara Korea Selatan Madam Kim Keon-hee, dan pendamping kepala negara China Madam Peng Liyuan. Scroll untuk info lengkapnya.
Konsep acara ini dikemas dengan menarik sehingga menimbulkan impresi kekaguman para tamu dan mendapatkan apresiasi tinggi dari ibu Iriana Jokowi. Dari berbagai unggahan Instagram Kemenparekraf dan Wamenparekraf Angela Tanoesudibjo terlihat rangkaian acara tersebut mempromosikan kebudayaan Indonesia melalui tari-tarian, alat musik, dan makanan.
Dari unggahan tersebut terlihat pula sosok yang selalu ada, yang ternyata adalah Creative Director dari acara Spouse Program G20 yakni Celerina Judisari. Menurut Celerina yang juga seorang produser film Kadet 1947, konsep acara dibuat atas ide bersama dengan jajaran Kemenparekraf. Celerina kemudian menerjemahkan menjadi sebuah show yang mengalir dari mulai penyambutan tamu hingga kepulangan.
Salah satu hal yang tak biasa adalah pagelaran makanan yang diberi tajuk Food Theater, di mana Ibu Negara menjamu makan siang para tamu dalam sebuah konsep sinergi antara penceritaan dan menu yang disajikan.
Tema yang diusung adalah ketahanan pangan Indonesia untuk dunia. Celerina menggabungkan tiga film pendek dengan stage performance penceritaan budaya makanan sebagai penampil awal setiap menu yang akan keluar.
Film pendek yang ditampilkan bercerita tentang hikayat Gulu & Bhituka. Gulu adalah anak burung elang laut yang mencari keberanian untuk terbang. Gulu memiliki arti G dua puluh. Gulu tampil di film dalam bentuk wayang, kemudian berubah menjadi sosok nyata anak elang di panggung melalui akting Gamaliel Eleazar, seorang aktor cilik. Sedangkan Bhituka (Bhineka Tunggal Ika) adalah burung garuda yang berjiwa penolong dan membantu Gulu menemukan keberaniannya.
Menu gastronomy yang dihidangkan mulai dari starter, main course (tapas berisi berbagai jenis makanan), hingga dessert dan minuman. Setiap menu mewakili ekosistem Indonesia, yaitu rainforest, pesisir laut, lahan gambut, dan lahan kering.
“Saya memposisikan makanan dan Gulu sebagai aktor utama dari Food Theater. Rangkaian acara ini sama sekali tidak menghadirkan artis terkenal. Kami memiliki Helianti Hilman sebagai food culture consultant, Chef Wayan Kresna Yasa, Chef Petty Elliot dan Chef Amaury Belkhantar yang bersinergi membuat menu berdasarkan kisah ketahanan pangan. Jadi semuanya saling melengkapi," kata Celerina Judisari dalam keterangan tertulis yang diterima VIVA.
Dari food theater ini dapat dipromosikan kekayaan alam Indonesia yang dapat menjadi penopang kehidupan masyarakat Indonesia karena dapat diolah menjadi makanan yang penuh gizi dan lezat. Seperti sorgum, mandai cempedak, lontar, jewawut dan lain-lain.
“Acara menjadi sangat intimate karena memang tujuannya adalah pertemuan yang akrab untuk dapat saling menginspirasi. Oleh karenanya, unsur rasa menjadi penting. Rasa dari seluruh indra manusia yang menghasilkan rasa dari perasaan. Ada jiwanya di food theater," katanya.