Berangkat dari Pengalaman Pribadi, Sutradara Garap Film Inang
- Viva.co.id: Dedi
VIVA Showbiz – Fajar Nugros seorang sutradara yang laris dengan berbagai film bergenre drama dan komedi menantang dirinya sendiri untuk menggarap genre film lain. Sineas berusia 43 tahun itu menggarap film horor thriller untuk pertama kalinya. Film tersebut berjudul Inang yang mengangkat mitos Jawa Rebo Wekasan.
Perlu diketahui, Rebo Wekasan atau Rabu terakhir di bulan Safar dalam kalender Jawa. Bertepatan dengan hal itu, masyarakat sering mengadakan ritual untuk menolak bala. Terkait dengan film Inang, Fajar Nugros menggabungkan mitos dengan cerita seorang perempuan bernama Wulan yang tengah hamil.
Wulan, dalam film itu, berjuang melawan kekuatan jahat yang akan mengambil alih kehidupan bayinya. Menjadi film horor, dengan segudang thirilling dan jump-scare, Inang menawarkan pelajaran berharga seputar perempuan, kasih sayang orang tua, dan realita kehidupan yang dibalut dengan unsur mitos Jawa.
Sementara itu, sutradara film Inang Fajar Nugros menyampaikan soal alasan cerita tersebut penting untuk diangkat ke dalam film. Dia mengatakan bahwa cerita yang diangkat berasal dari pengalaman hidup sang sutradara yang pernah melihat acara selametan dalam tradisi masyarakat Jawa.
“Berangkat dari pengalaman saya yang mengalami berbagai tradisi selametan, saya jadi tertarik untuk mengeksplor tema ini lebih lanjut. Meski dilihat hanya sebagai tradisi, saya merasa ini menjadi nilai yang menarik untuk diangkat,” ungkap Fajar Nugros saat Press Conference di Kuningan, Jakarta Selatan.
Fajar juga mengatakan bahwa ada dua alasan film ini harus ditonton oleh para pecinta film horor di Tanah Air. Ia menyebut bahwa film Inang turut mengenalkan bahwa Indonesia adalah sebuah negara yang kaya akan budaya dan juga menceritakan kerasnya kehidupan seorang perempuan.
“Pertama, cerita di film ini mengenalkan betapa budaya Indonesia sangat beragam, terutama terkait mitos atau tradisi. Terbukti, masih banyak yang belum mengetahui Rebo Wekasan ini. Kedua, sosok Wulan dalam film ini mewakili kerasnya realita hidup seorang perempuan yang saya yakini ada banyak di sekitar kita,” tutup Fajar Nugros.