5 Fakta Valley of The Wolves, Film yang Paling Ditakuti Israel
VIVA – Tidak dipungkiri kehadiran sebuah film di tengah-tengah kita, menjadi salah satu wadah paling tepat untuk mempromosikan atau memperkenalkan suatu kisah, peristiwa bahkan juga sejarahnya, termasuk seperti film yang paling ditakuti Israel ini dibuat oleh orang Turki.
Ya, "Valley of The Wolves: Palestine" salah satunya. Film yang berjudul aslinya "Kurtlar Vadiis Filistin" ini rupanya disutradarai oleh Zubeyr Sasmaz. Film ini pada saat itu tayang perdana pada 28 Januari 2011. Valley of The Wolves: Palestine, atau dalam bahasa Turkinya "Kuartlar Vadisi: Filistin) merupakan sebuah film aksi Bioskop Turki 2011.
Film ini merupakan bagian dari waralaba media Valley of The Wolves, berdasarkan seri televisi Turki dengan nama yang sama, dan sebuah sekuel dari Valley of The Wolves,: Iraq (2006) dan Valley of The Wolves,: Gladio (2008).
"Valley of the Wolves: Palestine" atau Film yang ditakuti Israel ini menceritakan seorang agen rahasia Turki, Polat Alemdar, yang akhirnya berhasil menghabisi salah satu otak operasi penyerbuan Israel.
Untuk lebih detailnya, lebih baik kita menguak seluruh fakta Valley of The Wolves, film yang paling ditakuti Israel. Dan berikut ini kami beritahu Anda beberapa diantaranya, yang kami lansir dari berbagai sumber:
Bagian Seri yang Membuat Israel Gerah
Ada salah satu seri yang membuat 'gerah' Israel adalah episode ketika pelaku utama seorang misi diplomat untuk menyelamatkan seorang bocah Turki yang diculik oleh agen rahasia Israel, Mossad, dengan menampakkan darah di atas bintang Daud (lambang bendera Israel) yang membunuh seorang agen rahasia Israel.
Israel mengutuk tayangan sekelumit tadi dijadikan sebagai dalih bahwa 'israel dan Yahudi adalah penembak jitu anak kecil dan penjahat perang kriminal", yang tak dapat diterima oleh negara Yahudi tersebut.
Banyak Dikecam
Film Valley of The Wolves rupanya telah diputar di Turki mulai Jumat (28/1) pada beberapa tahun yang silam dan diedarkan pula di Timur Tengah dan Eropa. Namun beberapa kalangan justru mengecam film buatan Turki ini karena dianggap anti-Israel dan anti-Yahudi. "Dari beberapa cuplikan adegan terlihat bahwa film ini anti-Yahudi," kata Dubes Israel untuk Turki, Gabby Levy, seperti dikutip kantor berita Anatolia.
Penulis Skenario Angkat Bicara
Penulis skenario membantah bahwa film ini anti-Israel. 'Merugikan Turki". Dalam film ini kami mengangkat ideologi fasis dan rasis. Ideologi inilah yang kami tentang," kata penulis skenario Bahadir Ozdener.
Aktor Necati Sasmaz yang memerankan Polat Alemdar menegaskan tidak ada semangat anti-Yahudi dalam film yang ia bintangi. "Kami tak punya masalah dengan orang-orang. Tidak ada anti-Yahudi di sini," kata Sasmaz.
Para wartawan mengatakan film ini diyakini akan menambah ketegangan antara Turki dan Israel di saat pemerintah Turki meminta kompensasi atas penyerbuan terhadap kapal-kapal bantuan Gaza.
Alur Cerita Film
Cerita dimulai ketika Polat Alemdar dan anak buahnya terdiri dari tim komando Turki datang ke Palestina untuk membalas dendam para relawan yang terbunuh oleh pasukan Israel dalam bentrokan armada Gaza. Mereka pergi untuk memburu komandan militer Zionis-Israel bertanggung jawab atas serangan armada Gaza.
Polat Alemdar menyelidiki mereka di Palestina kemudian dengan berbagai strategi ia berhasil mendekati tujuannya. Namun, mereka berhadapan dengan kejadian tak terduga. Para jenderal Israel, yang menjadi target Polat Alemdar, yakni Mosche Ben Eliezer, menyulitkan mereka dengan kekejaman dan teknologi persenjataan mereka di Palestina.
Terkenalnya Kapal MV Mavi Marmara
Kapal MV Mavi Marmara menjadi terkenal ketika kapal yang pengangkut bantuan kemanusiaan untuk Palestina ini diserang pasukan Israel pada Mei 2010 silam. Tujuannya tak lain agar bantuan yang sudah dikumpulkan tidak bisa sampai untuk rakyat Palestina.
Tragedi penyerangan kapal MV Mavi Marmara, merupakan bagian dari gerakan “Gaza Freedom Flotilla” yang menyebabkan kemarahan dunia. Padahal keenam kapal yang diorganinasi oleh gerakan Free Gaza Movement dan the Turkish Foundation for Human Rights and Freedoms and Humanitarian Relief (IHH) dari awal sudah menyatakan bahwa hanya membawa bantuan kemanusiaan untuk penduduk Palestina, yang telah diblokade begitu lama dari dunia luar oleh zionis Israel, sehingga tidak bisa mendapat bantuan sama sekali dari dunia luar.
Jangankan berhasil mengantarkan misi kemanusiaan, keenam kapal yang gagal menembus blokade laut Israel di Gaza ini malah dipaksa kembali ke Turki. Sedangkan MV Mavi Marmara yang berisi 8 orang berkebangsaan Turki dan seorang Turki Amerika, menjadi bulan- bulanan senjata pasukan Israel.